BAB
II
KAJIAN PUSTAKA
A. Budaya Baca
Budaya
baca atau reading habit, suatu bangsa sering menjadi tolak ukur kemajuan atau
peradaban suatu bangsa. Budaya baca tersebut, dapat diselisik melalui konsumsi
kertas per kapita per tahun. Bukti menunjukkan, di mana konsumsi kertas suatu
bangsa tinggi, maka disitu budaya baca juga tinggi. Dimana budaya baca tinggi,
disana pula berkembang peradaban serta ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sedemikian penting budaya baca, sehingga GBHN mencatat dan mengingatkan, “
Penulisan, penerjemahan, dan penggandaan buku pelajaran, buku bacaan khususnya
bacaan anak yang berisikan cerita rakyat, buku ilmu pengetahuan dan teknologi,
serta terbitan buku pendidikan lainnya digalakkan untuk membantu peningkatan
kualitas pendidikan dan memperluas cakrawala berpikir serta menumbuhkan budaya
baca.
Sebagai Negara yang sedang berkembang, Indonesia masih
dalam proses menuju masyarakat yang gemar membaca. Sayangnya, budaya membaca
itu belumlah meluas. Kebiasaan membaca baru dikalangan kecil masyarakat, yakni
para siswa/mahasiswa, guru, kaum intelektual, tokoh agama, serta orang yang
karena tugas dan jabatannya dituntut untuk selalu membaca. Di sebagian besar
masyarakat, membaca belum menjadi budaya. Baru saja beranjak dari budaya lisan,
era multimudeia dengan segala kemegahan untuk meninggalkan bahan bacaan.
Di sekolah formal pun, kebiasaan membaca sangat
memprihatinkan. Di tingkat sekolah, survey yang dilaukan Bank Dunia (Indonesia:
Book and development) mengungkapkan. “The reading habit does not appear to be
established among primary school pupils”. (Di tingkat pendidikan dasar,
kebiasaan membaca anak- anak masih rendah. Survey yang pernah dilakukan mencatat,
kemampuan membaca anak SD di Indonesia menempati peringkat ke-26 dari 27 negara
yang disurvei. [1]
Di pendidikan menengah budaya membaca pun masih
rendah, bahkan, menunjungi perpustakaan pun mereka enggan. Di jenjang
pendidikan tinggi, kondisinya sama saja. Mahasiswa bahkan belum, atau tidak,
membaca buku pegangan yang diwajibkan oleh dosen sebelum perkuliahan dimulai.
Adakah tanda- tanda menuju masyarakat gemar membaca?
Ada! Buktinya dari tahun ke tahun produksi buku dan karya cetak semakin meroket.
Begitu juga toko buku dan gerai, jumlahnya semakin meningkat. Sirkulasi surat
kabar dan majalah pun kian naik. Meski masih rendah dibandingkan Negara- Negara
ASEAN, budaya membaca tampak meniti kurva naik. Meski demikian, untuk
mempercepat proses menuju masyarakat gemar membaca, perlu upaya yang
sistematis. Upaya pemerintah, Ikatan Penerbit Indonesia, atau masyarakat pers,
untuk mengentaskan angka buta aksara perlu terus ditegakkan dan digalakkan.
Gerakan nasional menyebarluaskan dan
meningkatkan budaya baca perlu disegarkan kembali dan diingatkan.
Untuk itu, pengadaan bahan bacaan untuk perpustakaan
perlu didukung. Selain proses alamiah, perlu strategi khusus untuk
menumbuhkembangkan budaya baca. Alokasi APBN untuk pendidikan yang semakin
besar, semestinya berdampak pula pada peningkatan dan penyebarluasan budaya
baca.
B. Motivasi
Mempengaruhi Minat Baca
Motivasi
erat hubungannya dengan kebutuhan serta dorongan yang terdapat dalam diri
seseorang atau manusia. Manusia akan terdorong untuk melakukan sesuatu bila
dirasakan kebutuhan yang ada pada dirinya belum terpenuhi (menuntut pemenuhan),
misalnya dorongan siswa untuk belajar adalah untuk mendapatkan pengetahuan,
keterampilan, dan kecakapan. Dengan demikian aapa pengertian dari motivasi?
Motivasi
(motivation) berasal dari bahasa latin “movere”
yang berarti to move atau
menggerakkan, (Steers and Porter, 1991:5), sedangkan menurut Suriasumantri,
motivasi merupakan dorongan, hasrat, atau kebutuhan seseorang. E.Kusmana (1hana
974: 20), mengemukakan tentang pengertian motivasi sebagai berikut. “Secara
sederhana asal kata motivasi adalah motif yang dapat diartikan sebagai sesuatu
dalam diri manusia yang mendorong manusia untuk berbuat guna mencapai tujuan
tertentu.
Dengan
demian, motivasi dapat diberi makna sebagai langkah pemberian dorongan atau
rangsangan agar motif yang ada pada diri seseorang bekerja dalam mencapai
tujuan.
Berdasarkan
definisi- definisi tersebut memberikan gambaran, bahwa motivasi itu merupakan
daya yang merangsang atau mendorong manusia untuk mengadakan kegiatan dalam
memenuhi kebutuhan guna mencapai tujuan yang diharapkan. Motif dan motivasi
berkaitan erat dengan penghayatan suatu kebutiuhan berprilaku tertentu untuk
mencapai tujuan.[2]
Seseorang
mengadakan suatu kegiatan berkat adanya motivasi, baik yang timbul dalam
dirinya maupun pengaruh dari luar dirinya. Hal ini sejalan dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Oemar Hamalik (1978: 217), bahwa motivasi dapat dikelompokkan
ke dalam motivasi intrinsik (internal) dan motivasi ekstrinsik (eksternal).
1. Motivasi Internal
Motivasi internal adalah motiasi yang timbul dari
dalam diri manusia, seperti keinginan untuk mmendapatkan keterampilan dan
mengembangkan sikap untuk berhasil. Hal-hal penting yang dapat menimbulkan
motivasi internal di antaranya adalah sebagai berikut.
a.
Kebutuhan
Adanya kebutuhan
maka seseorang didorong untuk membaca. Apabila dia sudah membaca maka
kebutuhannya untuk mengetahui isi bacaan tersebut telah terpenuhi. Teknik
penyajian buku bacaan yang dilengkapi dengan gambar- gambar dapat menimbulkan
minat sesorang untuk membaca. Dengan kata lain, setiap penerbitan buku harus
didesain yang bagus dan menarik sehingga menarik perhatian orang untuk
membacanya.
b.
Pengetahuan
tentang kemajuan sendiri
Apabaila
sesorang mengetahui hasil- hasil atau prestasinya sendiri dari membaca maka ia
akan terdorong untuk membaca lebih banyak lagi. Oleh karena itu, penting untuk
menyediakan buku-buku yang sesuai dengan kemampuan daya serap seseorang. Karena
daya serap buku sngat erat kaitannya dengan bahasa yang mudah dicerna oleh
pembacanya.
c.
Aspirasi atau
cita- cita
Cita- cita
menjadi pendorong bagi seseorang untuk belajar, karena dengan belajar lebih
banyak, seseorang akan dapat mencapai cita- citanya. Dengan kemauan belajar
yang keras, ia akan terdorong untuk membaca lebih banyak pula.
2. Motivsi Eksternal
Motivasi eksternal adalah motivasi yang disebabkan
oleh faktor- faktor diluar situasi manusia, seperti lingkungan keluarga dan
lingkungan sekolah. Hal –hal yang dapat menimbulkan motivasi eksternal adalah
sebagai berikut.
a.
Hadiah
Hadiah adalah
alat yang representative dan bersifat positif. Hadia telah menjadi alat
motivasi bagi seseorang dan telah menjadikan seseorang terdorong untuk melakukan sesuatu lebih giat
lagi. Sebagai contoh, bagi siswa yang memberoleh nilai tinggi akibat banyak
membaca, kan mendorongnya untuk membaca lebih banyak lagi untuk kemudian
memperoleh prestasi yang lebih baik lagi.
b.
Hukuman
Hukuman juga
dapat menjadi alat motivasi untuk mempergiat seseorang membaca. Seseorang yang
mendapat hukuman karena kelalaian tidak megerjakan tugas membaca maka ia akan
berusaha memenuhi tugas membaca agar terhindar bahaya hukuman yang mungkin
menimpamya lagi.
c.
Persaingan atau
kompetisi
Persaingan merupakan dorongan
untuk memperoleh kedudukan atau penghargaan. Kompetisi telah menjadi pendorong
bagi seseorang untuk membaca lebih banyak.[3]
Kedua motivasi tersebut mempunyai pengaruh terhadap
kegiatan pembimbingan, terutama dalam meningkatkan minat baca masyarakat. Dalam
kegiatan pembinaan minat baca, motivasi dapat menggugah atau menimbulkan rasa
ingin tahu, rasa ingin memahami, dan rasa ingin berhasil.
C. Faktor
Penghambat Dalam Pembinaan Minat Baca
IQRA
(bacalah), demikian sebuah perintah agung yang telah turun pada abad ke-7
Masehi demi mengawali sebuah misi akbar di jagad raya ini. Demikian pula ketika
Allah menjadikan perintah membaca sebagai perintah pertama dalam mengawali misi
akbar-Nya, tentu saja bukan suatu hal yang sepi arti tanpa makna. Sebaliknya,
didalamnya terkandung lautan hikmah yang harus digali oleh manusia. Jika Sang
Khalik saja menjadikan membaca sebagai suatu hal yang penting, apalagi kita.
Menurut
K.H. Didin Hafiduddin, membaca itu mutlak bagi manusia, baik dlam arti membaca
buku atau lebih dari itu. Beliau mengaitkan membaca dengan muhassabah
(introspeksi diri). Memang semakin mengenal siapa diri kita, semakin jelas pula
jalan kehidupan dihadapannya. Selanjutnya, Didin mengatakan, bahwa “manusia
akan selamat kalau suka membaca”.
Sebuah
penelitian yang dilakukan di sebuah Sekolah Dasar di kota Denver, Amerika
Serikat (1960-1966), menyimpulkan bahwa anak yang sudh dibiasakan membaca pada
usia pra sekolah relative tidak menemukan kesulitan dalam belajar dan bergaul.
Selain itu, anak-anak yang mengikuti program penelitian ini ternyata memiliki
kecakapaian membaca yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak yang tidak
mengikuti program. Ini hanya sebagian kecil bukti ilmiah yang menunjukkan
betapa pentingnya arti membaca bagi manusia.
Lalu,
mengapa minat baca masyarakat kita rendah? Ada beberapa faktor yang menyebabkan
kurangnya minat baca masyarakat, seperti berikut ini.
1.
Faktor ekonomi
Tingkat
pendapatan masyarakat yang relative rendah mempengaruhi daya beli atau
prioritas kebutuhan. Orang tidak membeli buku karena tidak mempunyai uang,
walaupun ia senang membaca. Pada kelompok masyarakat ini, buku blum merupakan
kebutuhan utama.
2.
Sikap budaya
masyarakat Indonesia yang cepat merasa puas terhadap seseuatu sehingga keinginan
untuk menambah pengetahuan ataupun wawasan kurang. Oleh karena itu, perlu
ditumbuhkan kesadaran bahwa kita harus senantiasa menambah pengetahuan dan
memperluas wawasan.
3.
Faktor tradisi
masyarakat dalam menyampaikan informasi selalu menggunakan budaya lisan. Memang
tidak sedikit orang yang beranggapan bahwa budaya kita bukanlah budaya membaca,
tetapi budaya mendengar dan meniru.
4.
Perkembangan
teknologi yang sangat pesat juga merupakan salah satu faktor penghambat
tumbuhnya minat baca masyarakat. Munculnya televise atau internet sebenarnya merupakan
warisan budaya lisan. Masyarakat menjadi terbiasa tidak membaca, tetapi hanya
melihat dan mendengarkan. Artinya ada faktor cultural yang tidak kondusif.
5.
Kurangnya
keteladanan orang tua dalam pemanfaatan waktu senggang, fapat member dampak
terhadap minat baca sejak masa anak-anak. Sejauh mana orang tua member teladan
dalam hal minat baca?
Jika orang tua
tidak pernah memberi teladan membaca buku dirumah maka anak-anaknya pun tidak
tertarik untuk membaca buku.[4]
Selain faktor-
faktor diatas, salah satu faktor lain yang menghambat kurangnya minat baca yaitu,
6.
Minimnya guru yang
memberikan metoda pembelajaran yang mengharuskan siswa membaca banyak buku
untuk dijadikan referensi dalam suatu karyanya. Hal ini merupakan suatu
pengkondisian supaya peserta didik terbiasa membaca, setelah terjadi pembiasaan
maka membaca buku bukanlah menjadi hal yang sulit, bahkan dapat menjadi suatu
budaya, budaya membaca.
7.
Faktor sarana
Sarana yang
kurang bisa dilihat di sekolah-sekolah sebagai lembaga pendidikan, perpustakaan
memang ada, namun ada hanya ala kadarnya, padahal lembaga pendidikan yang
berkualitas atau bermutu bergantung pada perpustakaan. Jika perpustakaan
komplet menandakan bahwa lembaga pendidikan itu baik. Di Indonesia ini bangunan
fisiknya saja yang diperindah sedangkan di Negara-negara maju, ilmu pengetahuan
dan teknologinya, justru perpustakaannya yang diutamakan.
Selain buku
berkulaitas yang ada di perpustakaaan, perlu juga menjadikan perpustakaan
menjadi suatu tempat yang nyaman, karena syarat belajar adalah nyaman. Dengan
perpustakaan yang nyaman, maka peserta didik akan betah mencari pengetahuan dan
wawasan di perpustakaan.
D.
Pengertian , Tujuan, Peran Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan berasal dari kata pustaka, yang berarti
kitab atau buku. Menurut Carter V. Good, bahwa perpustakaan sekolah adalah
koleksi yang diorganisasi di dalam suatu ruang agar dapat digunakan oleh murid-
murid dan guru- guru. Menurut Dian Sinaga, perpustakaan sekolah adalah sarana
pendidikan yang sangat menentukan pencapaian tujuan lembaga yang dinaunginya.
Oleh karena itu, perpustakaan sekolah adalah salah satu komponen yang turut
menentukan pencapaian tujuan sekolah yang telah ditetapkan.
Sehingga dapat dipahami bahwa perpustakaan sekolah sesungguhnya
adalah sarana penunjang pendidikan di sekolah yang berupa kumpulan bahan
pustaka, baik berupa buku-buku maupun bukan buku. Kumpulan bahan pustaka
tersebut diorganisasi secara sistematis dalam satu ruang sehingga dapat
membantu peserta didik dan para guru dalam proses pembelajaran. Dengan
demikian, perpustakaan turut serta dalam menyukseskan pencapaian tujuan lembaga
pendidikan yang menaunginya.[5]
Yusuf dan
Sukendar mengungkapkan bahwa penyelenggaraaan perpustakaan sekolah bertujuan
memenuhi kebutuhan informasi bagi masyarakat dilingkungan sekolah yang
bersangkutan, khususnya murid dan guru. Perpustakaan peran sebagai media dan
sarana untuk menunjang kegiatan proses pembelajaran (PBM) di sekolah. Oleh
karena itu, sarana ini merupakan bagian integral dari program penyelenggaraan
pendidikan tingkat sekolah.[6]
E.
Standar Layanan Perpustakaan Sekolah
Jenis
layanan perpustakaan sekolah
Perpustakaan minimal melakukan
layanan antara lain:
- layanan sirkulasi; pelayanan
peminjaman dan pengembalian buku-buku perpustakaan sekolah
- layanan referensi; pelayanan
bimbingan kepada pemakai perpustakaan dalam mencari informasi yang dibutuhkan
- pendidikan pengguna: menerangkan
kepada para pengunjung cara menggunakan perpustakaan dengan baik, informasi
mengenai keberadaan dan kemanfaatan perpustakaan.
Jam buka
perpustakaan
Waktu yang diberikan oleh
perpustakaan untuk memberikan layanan kepada pengguna
minimal delapan jam sehari.
Standar layanan Fasilitas Perpustakaan
Sekolah
Dalam membuat perpustakaan yang ideal, fasilitas dan
kenyamanan merupakan dua hal yang penting untuk diperhatikan. Fasilitas adalah
prasarana atau wahana untuk melakukan atau mempermudah sesuatu.
Mengenai Ruang
Perpustakaan menyediakan ruang yang
cukup untuk koleksi, staf dan penggunanya.
Perpustakaan menyediakan ruang
dengan luas sekurang-kurangnya untuk SD/MI 56 m2,
untuk SMP/MTS 126 m2; untuk SMA,
MA, SMK dan MAK 168 m2.
·
Area koleksi: Area koleksi seluas 45% dari ruang yang
tersedia
·
Area baca: Area pengguna seluas 25% dari ruang yang
tersedia.
·
Area staf: Area staf perpustakaan seluas 15% dari
ruang yang tersedia.
·
Area lain-lain: Area lain-lain seluas 15% terdiri dari
ruang yang tersedia. Perabot dan peralatan: Perpustakaan
menyediakan sekurang-kurangnya rak buku, lemari katalog, meja dan kursi baca,
meja dan kursi kerja, meja sirkulasi, mesin tik/perangkat komputer dan papan pengumuman/pameran.
Mengenai Teknologi
informasi dan komunikasi
Perpustakaan memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi untuk keperluan
pengguna.[7]
Komputer
Pada perpustakaan sebaiknya dirancang sistem informasi dengan menghubungkan
komputer untuk pustakawan dengan komputer untuk pemustaka. Sistem informasi
yang dirancang sebaiknya mudah dimengerti dan mudah digunakan. Dengan demikian,
pemustaka dapat memperoleh informasi mengenai ketersediaan dan letak buku di
dalam pustaka dengan mudah. Selain itu, komputer juga dapat digunakan sebagai
tempat menyimpan file buku elektronik (e-book) yang dapat diambil oleh para
pemustaka. Koleksi Perpustakaan Berdasarkan UU Perpustakaan No. 43 tahun 2007
Pasal 1, koleksi perpustakaan antara lain adalah karya tulis, karya cetak, dan
karya rekam.
Perpustakaan yang memiliki fasilitas lengkap belum tentu
nyaman. Untuk menciptakan suasana yang nyaman di dalam perpustakaan, maka
hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut berikut :
·
Air Conditioner Ruang perpustakaan yang tertutup mengakibatkan
temperatur udara di dalam ruangan menjadi panas. Oleh karena itu, dibutuhkan
air conditioner agar temperatur udara di dalam ruangan dapat diatur.
·
Penerangan, merupakan salah satu fasilitas yang sangat penting.. Ruangan yang gelap tidak layak
untuk dijadikan tempat membaca, karena akan mengakibatkan kerusakan pada mata.
·
Tempat Membaca Setelah mencari buku, biasanya para pemustaka
tidak langsung meminjam buku untuk dibawa pulang, melainkan membacanya terlebih
dahulu di dalam perpustakaan tersebut. Bahkan tidak jarang pula ada pemustaka
yang berlama-lama membaca di dalam perpustakaan. Oleh karena itu, perlu
disediakan meja dan kursi tempat membaca. Selain itu, sebaiknya di dalam
perpustakaan juga disediakan karpet, karena ada sebagian orang yang tidak nyaman
duduk berlama-lama di kursi.
·
Penyusunan Koleksi Perpustakan Perpustakaan tentunya
memiliki koleksi yang amat banyak. Untuk memudahkan pencarian, maka sebaiknya
buku-buku maupun e-book diberi nomor dan disusun berurutan berdasarkan
nomornya. Selain itu, buku-buku dapat dikelompokkan dan diberi petunjuk jenis
bukunya dengan menggunakan tulisan yang jelas, sehingga memudahkan pencarian.
Begitu pula dengan e-book, dapat dikelompokkan dengan membuat folder.
·
Arus lalu lintas di dalam ruang perpustakaan harus
diperhatikan. Jika ruang yang tersedia untuk berjalan terlalu sempit, maka akan
mengakibatkan arus lalu lintas menjadi tidak nyaman dan tidak aman. Sedangkan
ruang kosong yang terlalu luas mengakibatkan ketidakefisienan dalam penggunaan
ruangan.
·
Pintu perpustakaan sebaiknya selalu ditutup kecuali jika ada
orang yang keluar atau masuk. Pengurangan kebisingan di luar ruangan dapat
dilakukan dengan memasang bahan penyerap suara di dinding.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Gambaran
Masalah
Pepatah mengatakan bahwa buku adalah jendela dunia, pintu menuju
kesuksesan. Dengan buku kita dapat menambah pengetahuan, memperluas wawasan
bahkan hingga menjelajah berbagai belahan dunia yang belum sempat kita datangi.
Apakah
benar demikian?
Pengetahuan hanya akan ada didalam buku jika kita tidak membacanya. Ya,
benar buku adalah jendela dunia, pintu menuju kesuksesan tetapi membaca adalah
kunci untuk membuka pintu kesuksesan tersebut. Dengan membudayakan membaca,
kita dapat mengembangkan diri dengan berbagai wawasan yang kita miliki , dengan
wawasan luas yang kita miliki, maka kita dapat membangun peradaban, bahkan mampu
bersaing dengan negara - negara lain yang telah unggul lebih dulu.
Namun kondisi saat ini, semakin lama budaya membaca masyarakat semakin
berkurang. Upaya pemerintah, dalam
pembinaan terhadap minat baca , untuk mengentaskan angka buta aksara sudah
pernah bahkan masih sering digalakkan, namun memang butuh proses yang cukup
memakan waktu.
Masyarakat semakin malas membaca, mereka lebih asyik bermain dengan
berbagai teknologi canggih masa kini. Ironis,
minat baca tersingkirkan akibat
adanya barang-barang tersier.
Bahkan, dalam kalangan perguruan tinggi, untuk mengerjakan tugas kuliah pun, mahasiswa lebih memilih
untuk mencari referensi di internet, tanpa membaca buku terlebih dahulu. Mereka
menganggap dengan browsing di internet semua data yang mereka perlukan
terpenuhi dan mereka bisa menyelesaikan tugas mereka dengan mudah dan cepat.
Masalah lain yang berhubungan dengan minat membaca yaitu mengenai
perpustakaan sebagai gudang pustaka tempat memperoleh pengetahuan yang kurang
ideal bahkan ada beberapa perpustakaan lembaga pendidikan yang kurang dari
standar yang ditentukan, bahan pustaka (bacaan) yang kurang menarik, bahkan
fasilitas yang kurang memadai harus lebih diperhatikan menjadi salah satu
faktor minimnya pengunjung ke perpustakaan.
Selain
itu, ada faktor lain yang menyebabkan kurangnya minat baca, yaitu sistem
pembelajaran yang kurang mengharuskan siswa/mahasiswa membaca buku dan membuat
bahan referensi yang berasal dari buku.
B.
Analisis Penyelesaian Masalah
Budaya membaca hadir dengan adanya motivasi seseorang
untuk melakukan pengembangan diri, namun selain proses alamiah, perlu strategi
khusus untuk menumbuhkembangkan budaya baca. Upaya pemerintah, dalam pembinaan
terhadap minat baca , untuk mengentaskan angka buta aksara yang ditegakkan dan
digalakkan harus disegarkan kembali, dan perlu adanya kerjasama dengan berbagai
lapisan elemen masyarakat untuk bersama-sama menggerakkan budaya membaca.
Menciptakan dan mengembangkan minat
baca masyarakat akan bisa terwujud kalau semua pihak dari mulai
pemerintah, kalangan swasta, pustakawan, dunia pendidikan, Orang tua,
pecinta buku maupun elemen masyarakat mau duduk bersama-sama satu
meja dan sama-sama berusaha untuk saling melengkapi dari apa yang kurang dan
berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan bersama yaitu mencerdaskan
masyarakat melalui pemasyarakatan perpustakaan.
Selain itu pula di dalam lembaga pendidikan, sistem
pembelajaran baiknya mengharuskan peserta didik untuk membaca buku lebih banyak
lagi, dan menggunakan buku sebagai bahan referensi bacaan. Para pendidik pun,
wajib memberikan pembinaan budaya membaca dengan memberikan berbagai stimulus
untuk menarik minat baca, misalnya mengkondisikan adanya kompetisi sehat
diantara peserta didik dimana mereka saling bersaing untuk mendapatkan lebih
banyak pengetahuan yang tidak hanya diberikan oleh guru/dosen, pesrta didik dan
memberikan motivasi-motivasi untuk membangun kemauan peserta didik untuk rajin
membaca dan dapat dengan membuat peraturan sebagai pengkondisian budaya yaitu
setiap kelas dalam setiap minggu diharuskan beberapa kali belajar di
perpustakaan sekolah, sehingga perpustakaan tidak sepi, tidak hanya sebagai
gudang buku tetapi dapat berguna sebagai suatu sarana memperoleh informasi.
Di lembaga pendidikan pula, seharusnya diberikan
fasilitas tempat membaca atau perpustakaan yang sesuai dengan standar yang
berlaku, pengadaan bahan bacaan yang menarik minat pembaca, tentunya dengan
buku-buku yang berkualitas, fasilitas yang memadai untuk menunjang adanya
kenyamanan di dalam perpustakaan, sehingga pengunjung menjadi betah dan tidak
hanya datang ke perpustakaan karena membutuhkan buku saat ada keperluan,
melainkan datang ke perpustakaan untuk mengisi waktu disaat luang sambil
menambah pengetauan dan wawasan baru.
Dalam memfasilitasi perpustakaan agar menjadi
perpustakaan yang nyaman dan ideal Pemerintah Daerah yang memang
seharusnya
memberikan fasilitas dapat bekerjasama dengan pihak-pihak swasta sebagai sponsor
atau sebagai mitra dalam pengadaan layanan perpustakaan dan bahan bacaan
yang berkualitas.
Untuk
pengadaan bahan bacaan yang berkualitas, dapat membentuk sutau kerjasama dengan
pihak-pihak penerbit,
dan toko buku yang memproduksi dan mengedarkan buku serta mengisi perpustakaan
di seluruh negeri. Dengan demikian dapat membantu pula masalah
sulitnya lapangan pekerjaan. Dengan adanya kerja sama ini, memungkinkan lapangan kerja terbuka luas dan berpotensi
besar. Inilah yang diharapkan oleh
pengarang maupun penerbit supaya dunia buku tidak lesu dan gulung tikar.
Dengan
meningkatnya produksi buku yang diimbangi dengan melonjaknya masyarakat yang
gemar membaca buku, tentu merupakan suatu faktor munculnya secercah harapan
untuk membangun peradaban yang lebih baik bagi bangsa Indonesia. Karena negara disebut maju dan berkembang
kalau penduduknya atau masyarakatnya mempunyai minat baca yang tinggi dengan
dibuktikan dari jumlah buku yang diterbitkan dan jumlah perpustakaan yang ada
di negeri tersebut.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Budaya
baca perlu digalakkan dengan mengadakan pembinaan minat baca, dalam pembinaan
minat baca ini diperlukan kerjasama oleh seluruh lapisan masyarakat, dimulai
dari lingkungan keluarga, lembaga pendidikan serta lingkungan (masyarakat
luas).
Dalam
lembaga pendidikan, sistem pembelajaran baiknya mengharuskan peserta didik untuk
membaca buku lebih banyak lagi, dan menggunakan buku sebagai bahan referensi bacaan,
sehingga tidak ada budaya copy-paste dikalangan masyarakat pembelajar.
menciptakan dan mengembangkan minat baca masyarakat
akan bisa terwujud kalau semua pihak dari mulai pemerintah, kalangan
swasta, pustakawan, dunia pendidikan, Orang tua, pecinta buku
maupun elemen masyarakat mau duduk bersama-sama satu meja dan
sama-sama berusaha untuk saling melengkapi dari apa yang kurang dan berusaha
semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan bersama yaitu mencerdaskan masyarakat
melalui pemasyarakatan perpustakaan.
B. Saran
Perlunya
dibentuk kerjasama oleh berbagai elemen masyarakat untuk duduk bersama,
menggerakkan pembinaan budaya membaca dan sebaiknya perpustakaan dibuat dengan memperhatikan
fasilitas maupun kenyamanannya, karena pustaka yang memiliki fasilitas lengkap
belum tentu nyaman dan pustaka yang nyaman belum tentu memenuhi kebutuhan fasilitas untuk
pemustakanya.
Daftar Pustaka
1. Putra,
Masri Sareb. 2008. Menumbuhkan
Minat baca sejak dini. Jakarta: Macanan Jaya Cemerlang
2. Sudarsana, Undang dan Bastiano. 2011. Pembinaan Minat Baca. Jakarta:
Universitas Terbuka
3. Prastowo, Andi. 2012. Manajemen Perpustakaan Sekolah
Profesional. Jogjakarta: Diva Press
4. Standar Nasional Indonesia (SNI) bidang perpustakaan. 2011. Jakarta:
Perpustakaan Nasional R.I.
[1] Masri Sareb Putra.
Menumbuhkan Minat baca sejak dini. (Jakarta: Macanan Jaya Cemerlang, 2008).
Hlm.129-131
[2] Undang Sudarsana dan Bastiano. Pembinaan Minat Baca. (Jakarta:
Universitas Terbuka, 2011). Hlm.5.3
[5] Andi prastowo. Manajemen Perpustakaan Sekolah Profesional. ( Jogjakarta: Diva
Press, 2012). Hlm. 44-45
2011.). hlm. 5-6