A. HARGA POKOK PENJUALAN
Pada
dasarnya Harga Pokok Penjualan menurut Lie
Dharma Putra adalah segala cost yang timbul dalam rangka membuat suatu produk menjadi siap
untuk dijual. Atau dengan kalimat lain, harga
pokok penjualan adalah cost yang terlibat dalam proses
pembuatan barang atau yang bisa dihubungkan langsung dengan proses yang membawa
barang dagangan siap untuk dijual.
Yang dimaksud dengan harga pokok penjualan adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang yang di jual atau harga perolehan dari barang yang dijual. HPP
muncul pada laporan laba rugi sebagai komponen utama dari biaya operasi. HPP
juga disebut sebagai biaya penjualan. Ada dua manfaat dari harga pokok penjualan, yaitu:
1. Sebagai patokan untuk menentukan
harga jual.
2. Untuk mengetahui laba yang
diinginkan perusahaan. Apabila harga jual lebih besar dari harga pokok
penjualan maka akan diperoleh laba, dan sebaliknya apabila harga jual lebih
rendah dari harga pokok penjualan akan diperoleh kerugian.
Dalam
metode periodik, catatan persediaan tidak memperlihatkan
jumlah tersedia untuk dijual atau jumlah barang terjual
selama periode. Untuk itu banyak perusahaan lebih menggunakan metode perpetual.
Dengan metode ini, persediaan barang dagang dan harga pokok penjualan
dibuat perkiraan tersendiri. Setiap pembelian dan penjualan barang dagang
langsung diakui pada perkiraan persediaan barang dagang dan perkiraan harga
pokok penjualan. Sehingga jumlah barang dagang tersedia untuk dijual dan jumlah
terjual terus-menerus diungkapkan dalam catatan ini. Perkembangan teknologi
telah banyak membantu dalam penerapan metode perpetual. Setiap jenis produk
diberi kode produk dengan bar
code (kode bergaris vertikal) yang akan dibaca pemindai optik
dan secara otomatis, komputer akan mencatat transaksi penjualan, mendebit
perkiraan harga pokok penjualan, dan mengkredit perkiraan persediaan. [1]
Persediaan awal + pembelian bersih – persediaan
akhir
|
Format perhitungan
harga pokok penjualan:
Persediaan awal xx
Pembelian xx
Beban
angkut pembelian xx +
xx
Dikurangi:
Retur Pembelian xx
Potongan
Pembelian xx +
(xx) -
Pembelian bersih xx
Barang tersedia untuk dijual xx
Persediaan
akhir (xx) -
Harga
Pokok Penjualan
xx
Contoh soal.
Neraca Saldo
“UD. CEMARA”
Per 30 Januari 2013
No
|
Keterangan
|
Debet
|
Kredit
|
1
|
Kas
|
Rp 45.575.000
|
|
2
|
Piutang dagang
|
Rp 34.800.000
|
|
3
|
Persediaan barang dagang
|
Rp 84.375.000
|
|
4
|
Asuransi dibayar di muka
|
Rp 20.625.000
|
|
5
|
Perlengkapan
|
Rp 9.450.000
|
|
6
|
Peralatan
|
Rp 110.625.000
|
|
7
|
Akumulasi penyusutan peralatan
|
|
Rp 11.062.000
|
8
|
Utang dagang
|
|
Rp 38.187.500
|
9
|
Modal pemilik
|
|
Rp 187.500.000
|
10
|
Prive pemilik
|
Rp 9.375.000
|
|
11
|
Penjualan
|
|
Rp 384.937.500
|
12
|
Retur penjualan
|
Rp 875.000
|
|
13
|
Potongan penjualan
|
Rp 17.500.000
|
|
14
|
Pembelian
|
Rp 244.312.500
|
|
15
|
Retur pembelian
|
|
Rp 6.562.500
|
16
|
Potongan pembelian
|
|
Rp 14.437.500
|
17
|
Beban gaji
|
Rp 28.125.000
|
|
18
|
Beban listrik dan telepon
|
Rp 9.862.500
|
|
19
|
Beban administrasi dan umum
|
Rp 27.187.500
|
|
Diketahui persediaan barang
dagang akhir Rp 75.937.500. Buatlah perhitungan HPP!
Harga Pokok Penjualan
UD. CEMARA
Persediaan awal Rp 84.375.000
Pembelian Rp
244.312.500
Retur pembelian Rp
6.562.500
Potongan pembelian Rp
14.437.500 +
Rp 21.000.000
-
Pembelian
bersih Rp
233.312.500 +
Barang tersedia untuk dijual Rp
307.687.500
Persediaan
akhir Rp 75.937.500
-
Harga
Pokok Penjualan Rp
231.750.000
2. kerugian dalam persediaan barang dagangan;
Penghitungan
harga pokok penjualan ini sangat penting bagi perusahaan untuk menentukan laba
atau rugi. Jika harga jual barang dagang lebih besar dari harga pokoknya maka
perusahaan akan memperoleh laba. Sebaliknya, jika harga jual lebih rendah dari
harga pokoknya, maka perusahaan akan mengalami kerugian.
Mengidentifikasi HPP
Konkretnya, untuk mengetahui apakah
suatu pengeluaran masuk kelompok Harga Pokok Penjualan atau bukan, pertama
harus tahu terlebih dahulu: apakah besar-kecilnya pengeluaran tersebut
dipengaruhi oleh nilai jasa/barang yang dijual atau tidak.
Misalnya:
- Perusahaan A, menggunakan 100 meter kain dengan nilai Rp 10,000,000 untuk membuat 100 potong pakaian jadi.
- Perusahaan B, menggunakan 100 meter kain dengan nilai Rp 10,000,000 untuk membuat 150 potong pakaian jadi.
Pertanyaannya: apakah
penggunaan kain Rp 10,000,000 masuk Harga Pokok Penjualan?
Untuk tahu apakah masuk ke harga
pokok penjualan atau tidak, harus tahu terlebih dahulu,
apa jenis perusahaan A dan B. Misalnya, diketahui:
- Perusahaan A adalah pabrik pakaian, dan 100 potong pakaian jadi tersebut untuk dijual.
- Perusahaan B adalah hotel, dan 150 potong pakaian jadi yang dibuat adalah untuk seragam pegawai—bukan untuk dijual.
Dari informasi tersebut bisa
ditentukan bahwa: Bagi perusahaan A, kain yang dipergunakan adalah Harga Pokok
Penjualan—karena besar kecilnya tergantung dari jumlah barang yang akan dijual.
Sedangkan bagi perusahaan B kain yang digunakan adalah Asset—karena barang yang
dihasilkan tidak untuk dijual.
Sebagai contoh tambahan, katakanlah
di perusahaan A tadi ada pengeluaran untuk membayar pegawai (gaji/upah). Untuk
bulan September, total pengeluaran gaji dan upahnya adalah Rp 250,000,000.
Pertanyaannya: apakah pengeluaran tersebut tergolong harga pokok penjualan atau
bukan?
Untuk menentukan itu, perlu dicari
tahu terlebih dahulu bagaimana struktur gaji di perusahaan A. Umumnya, pegawai
perusahaan manufaktur terdiri dari (1) pegawai yang bekerja di kantor (office dan admin); dan (2) pegawai yang
bekerja di bagian produksi.
·
Gaji untuk pegawai office atau
admin sudah pasti gajinya tidak masuk ke harga pokok penjualan, karena tidak
mempengaruhi hasil produksi.
·
Gaji untuk pegawai di bagian
produksi perlu dipilah-pilah lagi: (a) gaji untuk pegawai tetap, meskipun di
bagian produksi tidak masuk ke harga pokok penjualan—karena berapapun nilai
barang yang dihasilkan tidak mempengaruhi besarnya pengeluaran; dan (b) upah
untuk pegawai borongan atau harian masuk ke harga pokok penjualan—karena besar
kecilnya upah yang dibayarkan tergantung dari jumlah barang yang
dihasilkan. Itu pengeluaran untuk gaji.[3]
B.
PENDIDIKAN SEBAGAI USAHA BIDANG JASA
Jasa
adalah meliputi segenap kegiatan ekonomi yang mengasilkan output (keluaran) berupa produk atau konstruksi (hasil karya) non
fisik, yang lazimnya dikonsumsi pada saat diproduksi dan memberi nilai tambah
pada bentuk (form) seperti
kepraktisan, kecocokan,
kepastian, kenyamanan dan kesehatan, yang
pada intinya menerik citra
jasa pada pembeli pertama.
Sementara
itu, jasa pendidikan merupakan jasa yang bersifat kompleks
karena bersifat padat karya dan padat modal. Artinya dibutuhkan
banyak tenaga kerja yang memiliki skill
khusus dalam bidang pendidikan dan padat modal karena membutuhkan infrastruktur
(peralatan) yang lengkap dan harganya cukup mahal.
Pendidikan
Melindungi Siswa sebagai
Konsumen
Kalangan pendidikan, baik itu
pengelola sekolah, kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan lainnya,
sangat dinanti-nantikan untuk segera paham UU nomor 8 tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen. Sebagai lembaga pengelola jasa pendidikan, siswa
merupakan konsumen yang perlu dilindungi sehingga terdapat kenyamanan dalam
belajar. Dalam Undang – Undang
perlindungan konsumen itu yang dimaksud dengan:
1.
Perlindungan konsumen adalah segala
upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberikan perlindungan kepada
konsumen.
2.
Konsumen adalah setiap orang pemakai
barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri
sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk
diperdagangkan.
3.
Pelaku usaha adalah setiap orang
perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hokum maupun bukan
badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah
hukum Negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama–sama melalui
perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.
Lembaga pendidikan yang ada sekarang di Indonesia ini,
sebagian besar, memanfaatkan keberlangsungannya dengan berorientasi pada imbal
jasa. Siswa atau mahasiswa membayar atas ilmu yang diterimanya. Siswa sebagai
konsumen dan lembaga pendidikan sebagai pelaku usaha.[4]
Jenis
Pengeluaran Secara Umum yang Masuk Dalam HPP
·
Perusahaan Jasa
1.
Pengeluaran untuk pemeliharaan
peralatan kerja yang dipergunakan untuk menghasilkan jasa
2. Pengeluaran
yang berpengaruh langsung terhadap jasa yang dihasilkan
3.
Gaji pegawai tak tetap yang terlibat
langsung dalam proses menghasilkan jasa, termasuk upah lemburnya jika ada
·
Perusahaan dagang:
1.
Pembelian barang dagangan
2.
Pengeluaran untuk aktivitas
pengemasan barang
3.
Pengeluaran untuk perawatan alat
yang dipergunakan untuk aktivitas pengemasan barang
4.
Pengeluaran untuk aktivitas
pengiriman barang
5.
Pengeluaran untuk perawatan
kendaraan yang dipakai mengirim barang (termasuk bahan bakarnya)
6.
Gaji pegawai tak tetap yang
terlibat langsung dalam proses pengemasan dan pengiriman barang, termasuk upah
lemburnya jika ada
7.
Penyusutan bangunan gudang
penyimpanan dan proses pengemasan barang
Perusahaan
manufaktur (pabrik):
1. Penggunaan bahan baku
2. Penggunaan bahan penolong dan pembantu
3. Gaji pegawai tak tetap yang terlibat dalam proses produksi, pengemasan
hingga pengiriman barang.
4. Pengeluaran yang terkait dengan mesin, peralatan produksi,
angkutan produksi, peralatan pengemas dan pengiriman barang.
5. Listrik, bahan bakar, dan air yang dipergunakan di produksi hingga
pengemasan barang.
6. Penyusutan bangunan pabrik, pengemasan barang, dan gudang penyimpanan
barang jadi.
7. Penyusutan mesin dan peralatan mulai dari produksi hingga pengiriman
barang
Proyeksi
Penjualan
Proyeksi atau perkiraan jumlah
penjualan produk pada masa yang akan datang merupakan bagian kegiatan menyususn
rencana penjualan. Penyusunan rencana penjualan pada tahun mendatang disebut sales forecasting, sedangkan jumlah penjualan produk yang direncanakan
disebut sales forecast. Proyeksi
jumlah penjualan merupakan tumpuan rencana strategis. Proyeksi penjualan
merupakan salah satu pegangan untuk merencanakan berbagai kegiatan manajemen.
Proyeksi penjualan merupakan bahan
masukan untuk menyusun jadwal produksi dan proyeksi penjualan digunakan sebagai
bahan masukan bagi pimpinan untuk mengevaluasi jumlah, sarana produksi,
anggaran penjualan dan kualifikasi tim penjualan apakah sudah cukup memadai.
Bahan pertimbangan sebelum menyusun suatu proyeksi
penjualan terlebih dahulu menilai :
- Internal factors terdiri dari faktor pengaruh dan tujuan usaha perusahaan
- External factors yaitu perkembangan lingkungan eksternal perusahaan, seperti, perkembangan ekonomi, moneter, kehidupan sosial, teknologi, konsumen sasaran, persaingan pasar, pembangunan infrastruktur publik dan kondisi alam. [6]
Prosedur penyusunan proyeksi jumlah
penjualan menurut Douglas J. Dalrymple, adalah:
- Memperkirakan potensi permintaan pasar (estimating market potential).
- Memilih metode proyeksi yang akan dipergunakan (selecting forecasting methods).
- Menyususn proyeksi jumlah penjualan (set up sales forecast).
Sebagai bahan masukan menyusun
proyeksi penjualan diperlukan dua sumber data utama, yaitu:
- Sumber data internal perusahaan, meliputi: data jumlah penjualan masa lampau, data jumlah penjualan tiap daerah pemasaran, data jumlah penjualan bulanan atau tahunan, data jumlah penjualan tiap kelompok jalur distribusi, data jumlah penjualan bahan baku dan barang jadi, dan strategi pemasaran di masa yang akan datang.
- Sumber data eksternal perusahaan, meliputi semua faktor lingkungan eksternal perusahaan.
Semua perencanaan keuangan
membutuhkan proyeksi penjualan karena penjualan merupakan titik awal aktivitas
perusahaan. Setiap
perusahaan memiliki sensifitas berbeda terhadap perubahan lingkungan yang
terjadi. Tidak ada pengetahuan yang sempurna untuk memastikan jumlah penjualan di
masa mendatang karena dipengaruhi oleh:
-
ketidakpastian ekonomi
-
pola konsumsi
masyarakat yang terkadang berubah
-
perkembangan
teknologi
-
perubahan
regulasi (pengendalian
perilaku manusia atau masyarakat dengan aturan atau pembatasan)
Sumber data yang digunakan untuk melakukan proyeksi penjualan:
·
Laporan keuangan
-
Neraca
-
Laporan laba rugi
-
Arus kas
-
Catatan atas laporan keuangan
-
Catatan atas laporan keuangan
·
Kondisi konsumen dan pasar secara
umum, kondisi budaya/tradisi – asumsi
·
Kondisi makro ekonomi – asumsi
·
Regulasi
Variabel-variabel yang
diperhitungkan proyeksi penjualan adalah:
·
Proyeksi harga jual
·
Proyeksi volume penjualan / produksi
·
Rasio rata-rata piutang
·
Rasio rata-rata inventori[8]
Membuat Proyeksi Penjualan:
·
Langkah
1: Mengembangkan profil
pelanggan dan menentukan tren
dalam industri.
Membuat
beberapa asumsi dasar tentang
pelanggan di pasar sasaran Anda. Orang-orang bisnis yang berpengalaman akan memberitahu Anda bahwa aturan praktis yang baik adalah bahwa 20% dari pelanggan Anda
menghasilkan 80% dari penjualan Anda. Jika Anda dapat mengidentifikasi ini 20% Anda dapat mulai untuk mengembangkan profil pasar
utama Anda.
Profil
pelanggan misalnya laki-laki, usia 20-34,
dari kalangan menengah, yang berhubungan dengan jenis bisnis Anda.
·
Langkah
2: Menetapkan ukuran perkiraan dan lokasi
perdagangan yang direncanakan.
Gunakan
statistik yang tersedia untuk menentukan
karakteristik umum daerah ini.
Gunakan sumber-sumber lokal untuk menentukan karakteristik unik tentang kawasan perdagangan Anda. Seberapa jauh jarak
konsumen mencapai tempat Anda? Di mana Anda berniat untuk mendistribusikan atau mempromosikan produk Anda? Memperkirakan
jumlah individu atau rumah tangga
dapat dilakukan dengan sedikit kesulitan
menggunakan statistik data sensus.
Statistik survei pengeluaran
keluarga dapat mengidentifikasi
apa rumah tangga rata-rata
menghabiskan barang dan jasa.
·
Langkah
3: Membuat daftar pesaing Anda.
Pelajari
mengenai jasa atau produk yang ditawarkan pesaing Anda.
Jika memungkinkan, berbicara dengan
pelanggan dan staf penjualan.
·
Langkah
4: Gunakan penelitian
untuk memperkirakan penjualan Anda secara bulanan untuk
tahun pertama Anda.
Dasar
perkiraan penjualan Anda dapat menjadi penjualan
bulanan rata-rata operasi pesaing berukuran sama itu
yang beroperasi di
pasar yang sama. Tentukan di mana kelebihan Anda
dan putuskan
rencana Anda. Apakah Anda
menawarkan lokasi yang lebih baik,
kenyamanan, harga yang lebih baik,
jam kemudian, kualitas yang lebih baik,
layanan yang lebih baik? Pertimbangkan
populasi dan pertumbuhan ekonomi di kawasan perdagangan Anda.
Menggunakan penelitian Anda, membuat tebakan pada
pangsa pasar Anda. Jika memungkinkan, mengungkapkan hal ini
karena jumlah pelanggan yang Anda
dapat berharap untuk menarik. Siapkan perkiraan
penjualan dari bulan ke bulan. Pastikan
untuk menilai bagaimana musiman
bisnis Anda dan mempertimbangkan start up bulan.[9]
[3]http://jurnalakuntansikeuangan.com/2011/10/cara-mudah-menentukan-harga-pokok-penjualan/, diakses pada hari Sabtu, 20 September 2014 pukul
15.03.
[4] http://www.academia.edu/6634018/Pengertian_Jasa_Pendidikan, diakses pada hari Sabtu, 20 September 2014 pukul
15.06.
[5]http://jurnalakuntansikeuangan.com/2011/10/cara-mudah-menentukan-harga-pokok-penjualan/, diakses pada hari Sabtu, 20 September 2014 pukul
15.03.
[6] http://catatankecik.blogspot.com/2008/12/proyeksi-penjualan-produk.html, diakses pada hari Sabtu, 20 September 2014 pukul
15.11.
[7]http://staff.ui.ac.id/system/files/users/martani/material/asumsidalamproyeksicompatibilitymode.pdf, diakses pada hari Sabtu, 20 September 2014 pukul
15.13.
[9] http://www.zeromillion.com/business/sales-marketing/sales-forecasts.html, diakses pada Minggu, 21 September 2014 pukul 09.14.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar