Selasa, 29 April 2014

MASIHKAH BUKU MENJADI JENDELA DUNIA?



BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.    Budaya Baca
Budaya baca atau reading habit, suatu bangsa sering menjadi tolak ukur kemajuan atau peradaban suatu bangsa. Budaya baca tersebut, dapat diselisik melalui konsumsi kertas per kapita per tahun. Bukti menunjukkan, di mana konsumsi kertas suatu bangsa tinggi, maka disitu budaya baca juga tinggi. Dimana budaya baca tinggi, disana pula berkembang peradaban serta ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedemikian penting budaya baca, sehingga GBHN mencatat dan mengingatkan, “ Penulisan, penerjemahan, dan penggandaan buku pelajaran, buku bacaan khususnya bacaan anak yang berisikan cerita rakyat, buku ilmu pengetahuan dan teknologi, serta terbitan buku pendidikan lainnya digalakkan untuk membantu peningkatan kualitas pendidikan dan memperluas cakrawala berpikir serta menumbuhkan budaya baca.
Sebagai Negara yang sedang berkembang, Indonesia masih dalam proses menuju masyarakat yang gemar membaca. Sayangnya, budaya membaca itu belumlah meluas. Kebiasaan membaca baru dikalangan kecil masyarakat, yakni para siswa/mahasiswa, guru, kaum intelektual, tokoh agama, serta orang yang karena tugas dan jabatannya dituntut untuk selalu membaca. Di sebagian besar masyarakat, membaca belum menjadi budaya. Baru saja beranjak dari budaya lisan, era multimudeia dengan segala kemegahan untuk meninggalkan bahan bacaan.
Di sekolah formal pun, kebiasaan membaca sangat memprihatinkan. Di tingkat sekolah, survey yang dilaukan Bank Dunia (Indonesia: Book and development) mengungkapkan. “The reading habit does not appear to be established among primary school pupils”. (Di tingkat pendidikan dasar, kebiasaan membaca anak- anak masih rendah. Survey yang pernah dilakukan mencatat, kemampuan membaca anak SD di Indonesia menempati peringkat ke-26 dari 27 negara yang disurvei. [1]
Di pendidikan menengah budaya membaca pun masih rendah, bahkan, menunjungi perpustakaan pun mereka enggan. Di jenjang pendidikan tinggi, kondisinya sama saja. Mahasiswa bahkan belum, atau tidak, membaca buku pegangan yang diwajibkan oleh dosen sebelum perkuliahan dimulai.
Adakah tanda- tanda menuju masyarakat gemar membaca? Ada! Buktinya dari tahun ke tahun produksi buku dan karya cetak semakin meroket. Begitu juga toko buku dan gerai, jumlahnya semakin meningkat. Sirkulasi surat kabar dan majalah pun kian naik. Meski masih rendah dibandingkan Negara- Negara ASEAN, budaya membaca tampak meniti kurva naik. Meski demikian, untuk mempercepat proses menuju masyarakat gemar membaca, perlu upaya yang sistematis. Upaya pemerintah, Ikatan Penerbit Indonesia, atau masyarakat pers, untuk mengentaskan angka buta aksara perlu terus ditegakkan dan digalakkan. Gerakan nasional  menyebarluaskan dan meningkatkan budaya baca perlu disegarkan kembali dan diingatkan.
Untuk itu, pengadaan bahan bacaan untuk perpustakaan perlu didukung. Selain proses alamiah, perlu strategi khusus untuk menumbuhkembangkan budaya baca. Alokasi APBN untuk pendidikan yang semakin besar, semestinya berdampak pula pada peningkatan dan penyebarluasan budaya baca.

B.     Motivasi Mempengaruhi Minat Baca

Motivasi erat hubungannya dengan kebutuhan serta dorongan yang terdapat dalam diri seseorang atau manusia. Manusia akan terdorong untuk melakukan sesuatu bila dirasakan kebutuhan yang ada pada dirinya belum terpenuhi (menuntut pemenuhan), misalnya dorongan siswa untuk belajar adalah untuk mendapatkan pengetahuan, keterampilan, dan kecakapan. Dengan demikian aapa pengertian dari motivasi?
Motivasi (motivation) berasal dari bahasa latin “movere” yang berarti to move atau menggerakkan, (Steers and Porter, 1991:5), sedangkan menurut Suriasumantri, motivasi merupakan dorongan, hasrat, atau kebutuhan seseorang. E.Kusmana (1hana 974: 20), mengemukakan tentang pengertian motivasi sebagai berikut. “Secara sederhana asal kata motivasi adalah motif yang dapat diartikan sebagai sesuatu dalam diri manusia yang mendorong manusia untuk berbuat guna mencapai tujuan tertentu.


Dengan demian, motivasi dapat diberi makna sebagai langkah pemberian dorongan atau rangsangan agar motif yang ada pada diri seseorang bekerja dalam mencapai tujuan.
Berdasarkan definisi- definisi tersebut memberikan gambaran, bahwa motivasi itu merupakan daya yang merangsang atau mendorong manusia untuk mengadakan kegiatan dalam memenuhi kebutuhan guna mencapai tujuan yang diharapkan. Motif dan motivasi berkaitan erat dengan penghayatan suatu kebutiuhan berprilaku tertentu untuk mencapai tujuan.[2]
Seseorang mengadakan suatu kegiatan berkat adanya motivasi, baik yang timbul dalam dirinya maupun pengaruh dari luar dirinya. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Oemar Hamalik (1978: 217), bahwa motivasi dapat dikelompokkan ke dalam motivasi intrinsik (internal) dan motivasi ekstrinsik (eksternal).
1.      Motivasi Internal
Motivasi internal adalah motiasi yang timbul dari dalam diri manusia, seperti keinginan untuk mmendapatkan keterampilan dan mengembangkan sikap untuk berhasil. Hal-hal penting yang dapat menimbulkan motivasi internal di antaranya adalah sebagai berikut.
a.       Kebutuhan
Adanya kebutuhan maka seseorang didorong untuk membaca. Apabila dia sudah membaca maka kebutuhannya untuk mengetahui isi bacaan tersebut telah terpenuhi. Teknik penyajian buku bacaan yang dilengkapi dengan gambar- gambar dapat menimbulkan minat sesorang untuk membaca. Dengan kata lain, setiap penerbitan buku harus didesain yang bagus dan menarik sehingga menarik perhatian orang untuk membacanya.
b.      Pengetahuan tentang kemajuan sendiri
Apabaila sesorang mengetahui hasil- hasil atau prestasinya sendiri dari membaca maka ia akan terdorong untuk membaca lebih banyak lagi. Oleh karena itu, penting untuk menyediakan buku-buku yang sesuai dengan kemampuan daya serap seseorang. Karena daya serap buku sngat erat kaitannya dengan bahasa yang mudah dicerna oleh pembacanya.
c.       Aspirasi atau cita- cita
Cita- cita menjadi pendorong bagi seseorang untuk belajar, karena dengan belajar lebih banyak, seseorang akan dapat mencapai cita- citanya. Dengan kemauan belajar yang keras, ia akan terdorong untuk membaca lebih banyak pula.

2.      Motivsi Eksternal
Motivasi eksternal adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor- faktor diluar situasi manusia, seperti lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah. Hal –hal yang dapat menimbulkan motivasi eksternal adalah sebagai berikut.
a.       Hadiah
Hadiah adalah alat yang representative dan bersifat positif. Hadia telah menjadi alat motivasi bagi seseorang dan telah menjadikan seseorang  terdorong untuk melakukan sesuatu lebih giat lagi. Sebagai contoh, bagi siswa yang memberoleh nilai tinggi akibat banyak membaca, kan mendorongnya untuk membaca lebih banyak lagi untuk kemudian memperoleh prestasi yang lebih baik lagi.
b.      Hukuman
Hukuman juga dapat menjadi alat motivasi untuk mempergiat seseorang membaca. Seseorang yang mendapat hukuman karena kelalaian tidak megerjakan tugas membaca maka ia akan berusaha memenuhi tugas membaca agar terhindar bahaya hukuman yang mungkin menimpamya lagi.
c.       Persaingan atau kompetisi
Persaingan merupakan dorongan untuk memperoleh kedudukan atau penghargaan. Kompetisi telah menjadi pendorong bagi seseorang untuk membaca lebih banyak.[3]
Kedua motivasi tersebut mempunyai pengaruh terhadap kegiatan pembimbingan, terutama dalam meningkatkan minat baca masyarakat. Dalam kegiatan pembinaan minat baca, motivasi dapat menggugah atau menimbulkan rasa ingin tahu, rasa ingin memahami, dan rasa ingin berhasil.

C.    Faktor Penghambat Dalam Pembinaan Minat Baca
IQRA (bacalah), demikian sebuah perintah agung yang telah turun pada abad ke-7 Masehi demi mengawali sebuah misi akbar di jagad raya ini. Demikian pula ketika Allah menjadikan perintah membaca sebagai perintah pertama dalam mengawali misi akbar-Nya, tentu saja bukan suatu hal yang sepi arti tanpa makna. Sebaliknya, didalamnya terkandung lautan hikmah yang harus digali oleh manusia. Jika Sang Khalik saja menjadikan membaca sebagai suatu hal yang penting, apalagi kita.
Menurut K.H. Didin Hafiduddin, membaca itu mutlak bagi manusia, baik dlam arti membaca buku atau lebih dari itu. Beliau mengaitkan membaca dengan muhassabah (introspeksi diri). Memang semakin mengenal siapa diri kita, semakin jelas pula jalan kehidupan dihadapannya. Selanjutnya, Didin mengatakan, bahwa “manusia akan selamat kalau suka membaca”.
Sebuah penelitian yang dilakukan di sebuah Sekolah Dasar di kota Denver, Amerika Serikat (1960-1966), menyimpulkan bahwa anak yang sudh dibiasakan membaca pada usia pra sekolah relative tidak menemukan kesulitan dalam belajar dan bergaul. Selain itu, anak-anak yang mengikuti program penelitian ini ternyata memiliki kecakapaian membaca yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak yang tidak mengikuti program. Ini hanya sebagian kecil bukti ilmiah yang menunjukkan betapa pentingnya arti membaca bagi manusia.
Lalu, mengapa minat baca masyarakat kita rendah? Ada beberapa faktor yang menyebabkan kurangnya minat baca masyarakat, seperti berikut ini.
1.      Faktor ekonomi
Tingkat pendapatan masyarakat yang relative rendah mempengaruhi daya beli atau prioritas kebutuhan. Orang tidak membeli buku karena tidak mempunyai uang, walaupun ia senang membaca. Pada kelompok masyarakat ini, buku blum merupakan kebutuhan utama.
2.      Sikap budaya masyarakat Indonesia yang cepat merasa puas terhadap seseuatu sehingga keinginan untuk menambah pengetahuan ataupun wawasan kurang. Oleh karena itu, perlu ditumbuhkan kesadaran bahwa kita harus senantiasa menambah pengetahuan dan memperluas wawasan.
3.      Faktor tradisi masyarakat dalam menyampaikan informasi selalu menggunakan budaya lisan. Memang tidak sedikit orang yang beranggapan bahwa budaya kita bukanlah budaya membaca, tetapi budaya mendengar dan meniru.
4.      Perkembangan teknologi yang sangat pesat juga merupakan salah satu faktor penghambat tumbuhnya minat baca masyarakat. Munculnya televise atau internet sebenarnya merupakan warisan budaya lisan. Masyarakat menjadi terbiasa tidak membaca, tetapi hanya melihat dan mendengarkan. Artinya ada faktor cultural yang tidak kondusif.
5.      Kurangnya keteladanan orang tua dalam pemanfaatan waktu senggang, fapat member dampak terhadap minat baca sejak masa anak-anak. Sejauh mana orang tua member teladan dalam hal minat baca?
Jika orang tua tidak pernah memberi teladan membaca buku dirumah maka anak-anaknya pun tidak tertarik untuk membaca buku.[4]

Selain faktor- faktor diatas, salah satu faktor lain yang menghambat  kurangnya minat baca yaitu,
6.      Minimnya guru yang memberikan metoda pembelajaran yang mengharuskan siswa membaca banyak buku untuk dijadikan referensi dalam suatu karyanya. Hal ini merupakan suatu pengkondisian supaya peserta didik terbiasa membaca, setelah terjadi pembiasaan maka membaca buku bukanlah menjadi hal yang sulit, bahkan dapat menjadi suatu budaya, budaya membaca.
7.      Faktor sarana
Sarana yang kurang bisa dilihat di sekolah-sekolah sebagai lembaga pendidikan, perpustakaan memang ada, namun ada hanya ala kadarnya, padahal lembaga pendidikan yang berkualitas atau bermutu bergantung pada perpustakaan. Jika perpustakaan komplet menandakan bahwa lembaga pendidikan itu baik. Di Indonesia ini bangunan fisiknya saja yang diperindah sedangkan di Negara-negara maju, ilmu pengetahuan dan teknologinya, justru perpustakaannya yang diutamakan.
Selain buku berkulaitas yang ada di perpustakaaan, perlu juga menjadikan perpustakaan menjadi suatu tempat yang nyaman, karena syarat belajar adalah nyaman. Dengan perpustakaan yang nyaman, maka peserta didik akan betah mencari pengetahuan dan wawasan di perpustakaan.

D.    Pengertian , Tujuan, Peran Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan berasal dari kata pustaka, yang berarti kitab atau buku. Menurut Carter V. Good, bahwa perpustakaan sekolah adalah koleksi yang diorganisasi di dalam suatu ruang agar dapat digunakan oleh murid- murid dan guru- guru. Menurut Dian Sinaga, perpustakaan sekolah adalah sarana pendidikan yang sangat menentukan pencapaian tujuan lembaga yang dinaunginya. Oleh karena itu, perpustakaan sekolah adalah salah satu komponen yang turut menentukan pencapaian tujuan sekolah yang telah ditetapkan.
Sehingga dapat dipahami bahwa perpustakaan sekolah sesungguhnya adalah sarana penunjang pendidikan di sekolah yang berupa kumpulan bahan pustaka, baik berupa buku-buku maupun bukan buku. Kumpulan bahan pustaka tersebut diorganisasi secara sistematis dalam satu ruang sehingga dapat membantu peserta didik dan para guru dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, perpustakaan turut serta dalam menyukseskan pencapaian tujuan lembaga pendidikan yang menaunginya.[5]
Yusuf  dan Sukendar mengungkapkan bahwa penyelenggaraaan perpustakaan sekolah bertujuan memenuhi kebutuhan informasi bagi masyarakat dilingkungan sekolah yang bersangkutan, khususnya murid dan guru. Perpustakaan peran sebagai media dan sarana untuk menunjang kegiatan proses pembelajaran (PBM) di sekolah. Oleh karena itu, sarana ini merupakan bagian integral dari program penyelenggaraan pendidikan tingkat sekolah.[6]

E.     Standar Layanan Perpustakaan Sekolah
Jenis layanan perpustakaan sekolah
Perpustakaan minimal melakukan layanan antara lain:
- layanan sirkulasi; pelayanan peminjaman dan pengembalian buku-buku perpustakaan sekolah
- layanan referensi; pelayanan bimbingan kepada pemakai perpustakaan dalam mencari informasi yang dibutuhkan
- pendidikan pengguna: menerangkan kepada para pengunjung cara menggunakan perpustakaan dengan baik, informasi mengenai keberadaan dan kemanfaatan perpustakaan.

Jam buka perpustakaan
Waktu yang diberikan oleh perpustakaan untuk memberikan layanan kepada pengguna
minimal delapan jam sehari.

Standar layanan Fasilitas Perpustakaan Sekolah
Dalam membuat perpustakaan yang ideal, fasilitas dan kenyamanan merupakan dua hal yang penting untuk diperhatikan. Fasilitas adalah prasarana atau wahana untuk melakukan atau mempermudah sesuatu.

Mengenai Ruang
Perpustakaan menyediakan ruang yang cukup untuk koleksi, staf dan penggunanya.
Perpustakaan menyediakan ruang dengan luas sekurang-kurangnya untuk SD/MI 56 m2,
untuk SMP/MTS 126 m2; untuk SMA, MA, SMK dan MAK 168 m2.
·         Area koleksi: Area koleksi seluas 45% dari ruang yang tersedia
·         Area baca: Area pengguna seluas 25% dari ruang yang tersedia.
·         Area staf: Area staf perpustakaan seluas 15% dari ruang yang tersedia.
·         Area lain-lain: Area lain-lain seluas 15% terdiri dari ruang yang tersedia. Perabot dan peralatan: Perpustakaan menyediakan sekurang-kurangnya rak buku, lemari katalog, meja dan kursi baca, meja dan kursi kerja, meja sirkulasi, mesin tik/perangkat komputer dan papan pengumuman/pameran.

Mengenai Teknologi informasi dan komunikasi
Perpustakaan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk keperluan
pengguna.[7]
Komputer Pada perpustakaan sebaiknya dirancang sistem informasi dengan menghubungkan komputer untuk pustakawan dengan komputer untuk pemustaka. Sistem informasi yang dirancang sebaiknya mudah dimengerti dan mudah digunakan. Dengan demikian, pemustaka dapat memperoleh informasi mengenai ketersediaan dan letak buku di dalam pustaka dengan mudah. Selain itu, komputer juga dapat digunakan sebagai tempat menyimpan file buku elektronik (e-book) yang dapat diambil oleh para pemustaka. Koleksi Perpustakaan Berdasarkan UU Perpustakaan No. 43 tahun 2007 Pasal 1, koleksi perpustakaan antara lain adalah karya tulis, karya cetak, dan karya rekam.

Perpustakaan yang memiliki fasilitas lengkap belum tentu nyaman. Untuk menciptakan suasana yang nyaman di dalam perpustakaan, maka hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut berikut :
·         Air Conditioner Ruang perpustakaan yang tertutup mengakibatkan temperatur udara di dalam ruangan menjadi panas. Oleh karena itu, dibutuhkan air conditioner agar temperatur udara di dalam ruangan dapat diatur.
·         Penerangan, merupakan salah satu fasilitas yang sangat penting.. Ruangan yang gelap tidak layak untuk dijadikan tempat membaca, karena akan mengakibatkan kerusakan pada mata.
·         Tempat Membaca Setelah mencari buku, biasanya para pemustaka tidak langsung meminjam buku untuk dibawa pulang, melainkan membacanya terlebih dahulu di dalam perpustakaan tersebut. Bahkan tidak jarang pula ada pemustaka yang berlama-lama membaca di dalam perpustakaan. Oleh karena itu, perlu disediakan meja dan kursi tempat membaca. Selain itu, sebaiknya di dalam perpustakaan juga disediakan karpet, karena ada sebagian orang yang tidak nyaman duduk berlama-lama di kursi.
·         Penyusunan Koleksi Perpustakan Perpustakaan tentunya memiliki koleksi yang amat banyak. Untuk memudahkan pencarian, maka sebaiknya buku-buku maupun e-book diberi nomor dan disusun berurutan berdasarkan nomornya. Selain itu, buku-buku dapat dikelompokkan dan diberi petunjuk jenis bukunya dengan menggunakan tulisan yang jelas, sehingga memudahkan pencarian. Begitu pula dengan e-book­, dapat dikelompokkan dengan membuat folder.
·         Arus lalu lintas di dalam ruang perpustakaan harus diperhatikan. Jika ruang yang tersedia untuk berjalan terlalu sempit, maka akan mengakibatkan arus lalu lintas menjadi tidak nyaman dan tidak aman. Sedangkan ruang kosong yang terlalu luas mengakibatkan ketidakefisienan dalam penggunaan ruangan.
·         Pintu perpustakaan sebaiknya selalu ditutup kecuali jika ada orang yang keluar atau masuk. Pengurangan kebisingan di luar ruangan dapat dilakukan dengan memasang bahan penyerap suara di dinding.



BAB III
PEMBAHASAN


A.    Gambaran Masalah

Pepatah mengatakan bahwa buku adalah jendela dunia, pintu menuju kesuksesan. Dengan buku kita dapat menambah pengetahuan, memperluas wawasan bahkan hingga menjelajah berbagai belahan dunia yang belum sempat kita datangi.
Apakah benar demikian?
Pengetahuan hanya akan ada didalam buku jika kita tidak membacanya. Ya, benar buku adalah jendela dunia, pintu menuju kesuksesan tetapi membaca adalah kunci untuk membuka pintu kesuksesan tersebut. Dengan membudayakan membaca, kita dapat mengembangkan diri dengan berbagai wawasan yang kita miliki , dengan wawasan luas yang kita miliki, maka kita dapat membangun peradaban, bahkan mampu bersaing dengan negara - negara lain yang telah unggul lebih dulu.
Namun kondisi saat ini, semakin lama budaya membaca masyarakat semakin berkurang. Upaya pemerintah, dalam pembinaan terhadap minat baca , untuk mengentaskan angka buta aksara sudah pernah bahkan masih sering digalakkan, namun memang butuh proses yang cukup memakan waktu.
Masyarakat semakin malas membaca, mereka lebih asyik bermain dengan berbagai teknologi canggih masa kini. Ironis, minat baca tersingkirkan akibat adanya barang-barang tersier.
Bahkan, dalam kalangan perguruan tinggi, untuk mengerjakan tugas kuliah pun, mahasiswa lebih memilih untuk mencari referensi di internet, tanpa membaca buku terlebih dahulu. Mereka menganggap dengan browsing di internet semua data yang mereka perlukan terpenuhi dan mereka bisa menyelesaikan tugas mereka dengan mudah dan cepat.
Masalah lain yang berhubungan dengan minat membaca yaitu mengenai perpustakaan sebagai gudang pustaka tempat memperoleh pengetahuan yang kurang ideal bahkan ada beberapa perpustakaan lembaga pendidikan yang kurang dari standar yang ditentukan, bahan pustaka (bacaan) yang kurang menarik, bahkan fasilitas yang kurang memadai harus lebih diperhatikan menjadi salah satu faktor minimnya pengunjung ke perpustakaan.
Selain itu, ada faktor lain yang menyebabkan kurangnya minat baca, yaitu sistem pembelajaran yang kurang mengharuskan siswa/mahasiswa membaca buku dan membuat bahan referensi yang berasal dari buku.

B.     Analisis Penyelesaian Masalah

Budaya membaca hadir dengan adanya motivasi seseorang untuk melakukan pengembangan diri, namun selain proses alamiah, perlu strategi khusus untuk menumbuhkembangkan budaya baca. Upaya pemerintah, dalam pembinaan terhadap minat baca , untuk mengentaskan angka buta aksara yang ditegakkan dan digalakkan harus disegarkan kembali, dan perlu adanya kerjasama dengan berbagai lapisan elemen masyarakat untuk bersama-sama menggerakkan budaya membaca.
Menciptakan dan mengembangkan minat baca masyarakat  akan bisa terwujud  kalau semua pihak dari mulai pemerintah, kalangan swasta, pustakawan, dunia pendidikan,  Orang tua, pecinta buku maupun  elemen masyarakat  mau duduk bersama-sama satu meja dan sama-sama berusaha untuk saling melengkapi dari apa yang kurang dan berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan bersama yaitu mencerdaskan masyarakat melalui  pemasyarakatan perpustakaan. 
Selain itu pula di dalam lembaga pendidikan, sistem pembelajaran baiknya mengharuskan peserta didik untuk membaca buku lebih banyak lagi, dan menggunakan buku sebagai bahan referensi bacaan. Para pendidik pun, wajib memberikan pembinaan budaya membaca dengan memberikan berbagai stimulus untuk menarik minat baca, misalnya mengkondisikan adanya kompetisi sehat diantara peserta didik dimana mereka saling bersaing untuk mendapatkan lebih banyak pengetahuan yang tidak hanya diberikan oleh guru/dosen, pesrta didik dan memberikan motivasi-motivasi untuk membangun kemauan peserta didik untuk rajin membaca dan dapat dengan membuat peraturan sebagai pengkondisian budaya yaitu setiap kelas dalam setiap minggu diharuskan beberapa kali belajar di perpustakaan sekolah, sehingga perpustakaan tidak sepi, tidak hanya sebagai gudang buku tetapi dapat berguna sebagai suatu sarana memperoleh informasi.
Di lembaga pendidikan pula, seharusnya diberikan fasilitas tempat membaca atau perpustakaan yang sesuai dengan standar yang berlaku, pengadaan bahan bacaan yang menarik minat pembaca, tentunya dengan buku-buku yang berkualitas, fasilitas yang memadai untuk menunjang adanya kenyamanan di dalam perpustakaan, sehingga pengunjung menjadi betah dan tidak hanya datang ke perpustakaan karena membutuhkan buku saat ada keperluan, melainkan datang ke perpustakaan untuk mengisi waktu disaat luang sambil menambah pengetauan dan wawasan baru.
Dalam memfasilitasi perpustakaan agar menjadi perpustakaan yang nyaman dan ideal Pemerintah Daerah yang memang seharusnya memberikan fasilitas dapat bekerjasama dengan pihak-pihak swasta sebagai sponsor atau sebagai mitra dalam pengadaan layanan perpustakaan dan bahan bacaan yang berkualitas.
Untuk pengadaan bahan bacaan yang berkualitas, dapat membentuk sutau kerjasama dengan pihak-pihak penerbit, dan toko buku yang memproduksi dan mengedarkan buku serta mengisi perpustakaan di seluruh negeri. Dengan demikian dapat membantu pula masalah sulitnya lapangan pekerjaan. Dengan adanya kerja sama ini, memungkinkan  lapangan kerja terbuka luas dan berpotensi besar. Inilah yang diharapkan oleh pengarang maupun penerbit  supaya dunia buku tidak lesu dan gulung tikar.
Dengan meningkatnya produksi buku yang diimbangi dengan melonjaknya masyarakat yang gemar membaca buku, tentu merupakan suatu faktor munculnya secercah harapan untuk membangun peradaban yang lebih baik bagi bangsa Indonesia. Karena negara disebut maju dan berkembang kalau penduduknya atau masyarakatnya mempunyai minat baca yang tinggi dengan dibuktikan dari jumlah buku yang diterbitkan dan jumlah perpustakaan yang ada di negeri tersebut.






BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Budaya baca perlu digalakkan dengan mengadakan pembinaan minat baca, dalam pembinaan minat baca ini diperlukan kerjasama oleh seluruh lapisan masyarakat, dimulai dari lingkungan keluarga, lembaga pendidikan serta lingkungan (masyarakat luas).
Dalam lembaga pendidikan, sistem pembelajaran baiknya mengharuskan peserta didik untuk membaca buku lebih banyak lagi, dan menggunakan buku sebagai bahan referensi bacaan, sehingga tidak ada budaya copy-paste dikalangan masyarakat pembelajar.
menciptakan dan mengembangkan minat baca masyarakat  akan bisa terwujud  kalau semua pihak dari mulai pemerintah, kalangan swasta, pustakawan, dunia pendidikan,  Orang tua, pecinta buku maupun  elemen masyarakat  mau duduk bersama-sama satu meja dan sama-sama berusaha untuk saling melengkapi dari apa yang kurang dan berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan bersama yaitu mencerdaskan masyarakat melalui  pemasyarakatan perpustakaan. 

B.     Saran
Perlunya dibentuk kerjasama oleh berbagai elemen masyarakat untuk duduk bersama, menggerakkan pembinaan budaya membaca dan sebaiknya perpustakaan dibuat dengan memperhatikan fasilitas maupun kenyamanannya, karena pustaka yang memiliki fasilitas lengkap belum tentu nyaman dan pustaka yang nyaman belum tentu memenuhi kebutuhan fasilitas untuk pemustakanya.



Daftar Pustaka
1.      Putra, Masri Sareb. 2008. Menumbuhkan Minat baca sejak dini. Jakarta: Macanan Jaya Cemerlang
2.      Sudarsana, Undang dan Bastiano. 2011.  Pembinaan Minat Baca. Jakarta: Universitas Terbuka
3.      Prastowo, Andi. 2012. Manajemen Perpustakaan Sekolah Profesional. Jogjakarta: Diva Press
4.      Standar Nasional Indonesia (SNI) bidang perpustakaan. 2011. Jakarta: Perpustakaan Nasional R.I.


[1] Masri Sareb Putra. Menumbuhkan Minat baca sejak dini. (Jakarta: Macanan Jaya Cemerlang, 2008). Hlm.129-131
[2] Undang Sudarsana  dan Bastiano. Pembinaan Minat Baca. (Jakarta: Universitas Terbuka, 2011). Hlm.5.3
[3] Undang Sudarsana  dan Bastiano. Opcit. Hlm.5.5-5.8
[4] Undang Sudarsana  dan Bastiano. opcit. Hlm.5.23-5.25
[5] Andi prastowo. Manajemen Perpustakaan Sekolah Profesional. ( Jogjakarta: Diva Press, 2012). Hlm. 44-45
[6] ibid. Hlm. 49-50
[7] Standar Nasional Indonesia (SNI) bidang perpustakaan (Jakarta: Perpustakaan Nasional R.I.,
2011.). hlm. 5-6