Minggu, 04 Januari 2015

UNIT COST DAN ANALISIS BREAK EVENT

Pengertian dan Perhitungan Unit Cost
 
Biaya satuan ( unit cost ) adalah biaya yang dihitung untuk satu satuan produk pelayanan yang dihitung dengan cara membagi total cost dengan jumlah/kualitas output ( UC ( unit cost ) = TC ( total cost ) T/O ( total output ) ). Secara sederhana, biaya satuan sering kali disebut dengan “ rata-rata”. Yang merupakan hasil perhitungan dengan membagi biaya total dengan jumlah produksi. Hasil perhitungan biaya satuan terdapat dua macam biaya satuan yaitu biaya satuan normative dan biaya satuan aktual.
Contoh Soal:
Diketahui bahwa perusahaan ABC bergerak dibidang garment, dimana setiap bulannya biaya total cost adalah 50 juta dan perusahaan juga memiliki biaya output yang dikeluarkan oleh perusahaan. Jadi biaya total output yang dikeluarkan perusahaan adalah 25 juta. Bagaimanakah cara penghitungan unit cost pada perusahaan ABC tersebut?
Jawaban : Diketahui: biaya total cost : 50 juta
Biaya total output : 25 juta
Ditanya : unit cost?
Jawaban: unit cost = TC / TO
                               = 50.000.000 / 25.000.000
                               = 25.000.000
Biaya satuan normatif disusun dengan terlebih dahulu menghitung prediksi beberapa besar biaya tetap dan berapa besar biaya variabel. Untuk mendapat biaya tetap per satuan produksi dihitung dengan membagi total biaya tetap dengan tanpa merubah biaya tetap total atau tanpa perlu penambahan kapasitas. Sedangkan untuk mendaptkan biaya variabel per satuan dihutung dengan menelusur beberapa biaya variabel yang dibutuhkan per satuan produksi atau dengan membgi total biaya variabel dengan jumlah out put yang akan diproduksi dengan total biaya variabel tersebut. Sedangkan biaya satuan actual merupakan suatu hasil perhitungan berdasarkan atas pengeluaran nyata untuk menghasilkan produk pada kurun waktu tertentu. Biaya satuan actual dapat dijadikan dasar dalam penetapan tarif pelayanan kesehatan , namun perlu mempertimbangkan kemampuan membayar ( ability to play ) dan ketidakmampuan membayar ( willingness to play ) dari masyarakat.
Pengertian lain dari unit cost adalah total biaya yang berkaitan dengan unti yang diproduksi dan dibagi dengan jumlah unit yang diproduksi. Untuk mendapatkan informasi biaya per unit, diperlukan definisi biaya produk, pengukuran, dan pembebanan biaya . Terdapat beberapa cara yang berbeda untuk mengukur dan membebankan biaya. Dua kemungkinan system pengukuran tersebut adalah perhitunagan biaya actual dan perhitungan biaya nirmal. Perhitungan biaya actual membebankan biaya actual bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan overhead ke produk. Perhitungan biaya normal membebankan biaya actual bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung ke produk, akan tetapi biaya overhead dibebankan ke produk dengan menggunakan tariff perkiraan.

Pengertian dan Perhitungan Break Event Point
 
Break Even Point (BEP) dapat diartikan sebagai suatu titik atau keadaan dimana perusahaan di dalam operasinya tidak memperoleh keuntungan dan tidak menderita kerugian. Dengan kata lain, pada keadaan itu keuntungan atau kerugian sama dengan nol. Hal tersebut dapat terjadi bila perusahaan dalam operasinya menggunakan biaya tetap, dan volume penjualan hanya cukup untuk menutup biaya tetap dan biaya variabel. Apabila penjualan hanya cukup untuk menutup biaya variabel dan sebagian biaya tetap, maka perusahaan menderita kerugian. Dan sebaliknya akan memperoleh memperoleh keuntungan, bila penjualan melebihi biaya variabel dan biaya tetap yang harus di keluarkan. Analisis Break even secara umum dapat memberikan informasi kepada pimpinan, bagaimana pola hubungan antara volume penjualan, cost/biaya, dan tingkat keuntungan yang akan diperoleh pada level penjualan tertentu.
Analisis break even dapat membantu pimpinan dalam mengambil keputusan mengenaihal-hal sebagai berikut:
A.    Jumlah penjualan minimalyang harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami kerugian.
B.     Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan tertentu.
C.     Seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita rugi
D.    Untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan volume penjualan terhadap keuntungan yang diperoleh.
Biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dibedakan sebagai berikut:
1.      Variabel Cost (biaya Variabel)
Variabel cost merupakan jenis biaya yang selalu berubah sesuai dengan perubahan volume penjualan, dimana perubahannya tercermin dalam biaya variabel total. Dalam pengertian ini biaya variabel dapat dihitung berdasarkan persentase tertentu dari penjualan, atau variabel cost per unit dikalikan dengan penjualan dalam unit.
2.      Fixed Cost (biaya tetap)
Fixed cost merupakan jenis biaya yang selalu tetap dan tidak terpengaruh oleh volume penjualan melainkan dihubungkan dengan waktu(function of time) sehingga jenis biaya ini akan konstan selama periode tertentu. Contoh biaya sewa, depresiasi, bunga. Berproduksi atau tidaknya perusahaan biaya ini tetap dikeluarkan.
3.      Semi Varibel Cost
Semi variabel cost merupakan jenis biaya yang sebagian variabel dan sebagian tetap, yang kadang-kadang disebut dengan semi fixed cost. Biaya yang tergolong jenis ini misalnya: Sales expense atau komisi bagi salesman dimana komisi bagi salesman ini tetap unutk range atau volume tertentu, dan naik pada level yang lebih tinggi.

Menentukan Break Even Point (BEP)/Titik ImpasMathematical Approach : 
BEP dapat ditentukan atau dihitung berdasarkan formula tertentu, yaitu:
BEP = Fixed Cost / (harga perunit – varibel cost perunit)

Break Even Point (BEP) ialah titik impas dimana posisi jumlah pendapatan dan biaya sama atau seimbang sehingga tidak terdapat keuntungan ataupun kerugian dalam suatu perusahaan. 
Break Even Point ini digunakan untuk menganalisis proyeksi sejauh mana banyaknya jumlah unit yang diproduksi atau sebanyak apa uang yang harus diterima untuk mendapatkan titik impas atau kembali modal.  

Break Event Point memerlukan komponen penghitungan dasar seperti berikut ini: 
1)      Fixed Cost. Komponen ini merupakan biaya yang tetap atau konstan jika adanya tindakan produksi atau meskipun perusahaan tidak berproduksi. Contoh biaya ini yaitu biaya tenaga kerja, biaya penyusutan mesin, dll. 
2)      Variabel Cost. Komponen ini merupakan biaya per unit yang sifatnya dinamis tergantung dari tindakan volume produksinya. Jika produksi yang direncanakan meningkat, berarti variable cost pasti akan meningkat. Contoh biaya ini yaitu biaya bahan baku, biaya listrik, dll.
3)      Selling Price. Komponen ini adalah harga jual per unit barang atau jasa yang telah diproduksi. 

Rumus yang digunakan untuk analisis Break event Point ini terdiri dari dua macam sebagai berikut: 
a)      Dasar Unit Berapa unit jumlah barang/jasa yang harus dihasilkan untuk mendapat titik impas: BEP = FC /(P-VC) 
b)      2. Dasar Penjualan Berapa rupiah nilai penjualan yang harus diterima untuk mendapat titik impas: FC/ (1 – (VC/P))* Penghitungan (1 – (VC/P)) biasa juga disebut dengan istilah Margin Kontribusi Per Unit.
Agar bisa memahaminya, mari kita praktikkan langsung rumus ini dengan simulasi:
Total Biaya Tetap (FC) senilai Rp 100 juta
Total Biaya Variabel (VC) per unit senilai Rp 60 ribu Harga jual barang per unit senilai Rp80 rb
Penghitungan BEP Unit
BEP = FC/ (P – VC) BEP = 100.000.000/ (80.000– 60.000) BEP = Rp 5000
Penghitungan BEP Rupiah
BEP = FC/ (1 – (VC/P)) BEP = 100.000.000/ (1– (60.000/80.000)) BEP = Rp 400.000.000
Dari analisis inilah perusahaan dapat meramalkan keuntungan yang dapat diperoleh (target laba) berdasarkan berapa penjualan minimumnya. Adapun rumus untuk menghitung target ini sebagai berikut:
BEP – Laba = (FC + Target Laba) / (P – VC)
Simulasi untuk menghitung target laba. Dengan FC, VC, dan P yang sama dengan contoh sebelumnya, perusahaan ini menargetkan laba sebesar Rp 80 juta perbulan.
BEP – Laba = (FC + Target Laba) / (P – VC)
BEP – Laba = (100.000.000 + 80.000.000) / (80.000 – 60.000)
BEP – Laba = 180.000.000 / 20.000
BEP – Laba = 9.000 unit atau
BEP –Laba = Rp 720 juta (9000 unit x Rp 80.000)
Untuk membuktikan bahwa dengan menjual 9.000 unit perusahaan akan mendapatkan laba Rp 720 juta:
Penjualan Rp 720.000.000 FC Rp 100.000.000
Total VC (Rp 60.000 x 9000 unit) Rp 540.000.000
Total Biaya Rp 640.000.000 Laba Rp 80.000.000
 
Konsep Biaya Tetap dan Biaya Variabel
 
Dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. dalam arti sempit biaya dapat diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva. Pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva ini disebut dengan istilah harga pokok.
Biaya dalam hubungannya dengan volume produksi :
1.      Biaya variable
Adalah biaya yang jumlah totalnya berubah secara proporsional terhadap perubahan volume aktivitas dalam rentang yang relevan. Dengan kata lain, biaya variable menunjukkan jumlah per unit yang relative konstan dengan berubahnya aktivitas dalam rentang yang relevan.
            Biaya overhead yang diklasifikasikan sebagai biaya variable :
a.       Perlengkapan
b.      Bahan bakar
c.       Peralatan kecil
d.      Biaya penerimaan
e.       Royalty
f.       Biaya komunikasi
g.      Upah lembur
h.      Penanganan bahan
2.      Biaya tetap
Adalah biaya yang jumlah totalnya tetap konstan dalam kisaran volume aktivitas tertentu (rentang yang relevan). Dengan kata lain, biaya tetap per unit semakin kecil seiring dengan meningkatnya aktivitas dalam rentang yang relevan.
            Biaya overhead pabrik yang biasanya diklasifikasikan sebagai biaya tetap:
a.       Gaji eksekutif produksi
b.      Gaji supervisor
c.       Depresiasi
d.      Asuransi-properti dan kewajiban
e.       Pajak property
f.       Gaji satpam dan pegawai kebersihan
g.      Amortisasi
h.      Sewa
3.      Biaya semivariabel
Adalah biaya yang jumlah totalnya akan berubah sesuai dengan volume aktivitas, akan tetapi perubahannya tidak sebanding. Misalnya biaya listrik.
            Contoh biaya overhead semivariabel:
a.       Inspeksi
b.      Pajak penghasilan
c.       Jasa departemen biaya
d.      Jasa bahan baku dan persediaan
e.       Jasa kantor pabrik
f.       Asuransi kecelakaan dan kesehatan

Dalam ekonomi, biaya tetap adalah pengeluaran bisnis yang tidak bergantung pada tingkat barang atau jasa yang dihasilkan oleh bisnis tersebut [1] Pengeluaran ini berkaitan dengan waktu, seperti gaji atau beban sewa yang dibayar setiap bulan, dan sering disebut sebagai pengeluaran tambahan. Ini berbeda dengan biaya variabel yang berkaitan dengan volume (dan dibayar per barang/jasa yang diproduksi).
Dalam akuntansi manajemen , biaya tetap didefinisikan sebagai pengaluran yang tidak berubah sebagai fungsi dari aktivitas suatu bisnis dalam periode yang sama. Contohnya, seorang pedagang eceran harus membayar tagihan sewa dan sarana tanpa melihat hasil penjualannya. Bersama biaya variabel , biaya tetap membentuk satu dari dua komponen biaya total : biaya total sama dengan biaya tetap ditambah biaya variabel. 

Penerapan Unit cost dan analisis break event point  dalam keuangan Pendidikan 

         Satuan biaya pendidikan merupakan biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk melaksanakan pendidikan di sekolah per muridtahun anggaran. Satuan biaya ini merupakan fungsi dari besarnya pengeluaran sekolah serta banyaknya murid sekolah (Fattah, 2000:27). Dana merupakan salah satu sumber daya yang secara langsung menunjang efektivitas dan efisiensi peneglolaan pendidikan. Hal tersebut lebih terasa lagi dalamnya implementasi manajamen berbasis sekolah, yang menuntut kemampuan sekolah untuk merencankaan, melaksanakan dan mengevaluasi serta mempertanggung jawabkan pengelolaan dana secara transparan. Dalam penyelenggaraan pendidikan sumber dana ini merupakan potensi yang sangat menentukan dan merupakan baguan yang tak terpisahkan dalam kajian pengelolaan pendidikan. 
           Jenis-jenis biaya pendidikan ini ditanggung oleh orang tua siswa baik yang langsung dibayarkan kepada sekolah maupun yang dibelanjakan sendiri oleh siswa sangat perlu untuk diketahui oleh pengelola sekolah. Hal ini penting untuk diketahui dalam rangka menentukan kebijakan yang lebih operasioanl tentang pembiayaan pendidikan pada tingkat sekolah. Apabila jumlah pengeluaran siswa untuk masing-masing komponen dapat diketahui, maka dalam rangka mengurangi beban keluarga miskin pemerintah dapat menetapkan komponen-komponen tersebut yang dapat disubsidi dan untuk berapa banyak subsidi tersebut dapat diberikan. (Supriado, 2003:125). Manfaat dengan diadakan ini agar sekolah dapat mengetahui pengaruh biaya yang dikeluarkan oleh orang tua siswa baik yang langsung maupun yang tidak langsung dibayarkan kepada sekolah terhadap prestasi belajar siswa. Biaya pendidikan yang selalu naik, dengan perhitungan pembiayaan dalam satuan Unit Cost = biaya. Tinjauan unit cost ini data bermacam-macam menurut luasnya faktor yang diperhitungkan. Unit cost lengkap adalah perhitungan unit cost berdasarkan fasilitas yang dikeluarkan untuk penyelenggaran pendidikan seperti gedung, halaman sekolah, lapangan, gaji guru, gaji personil, pembiayaan bahan dan alat dihitung secara keseluruhan program baik yang tergolong dalam kurikulum yang ekstra kurikuler. 
          Adapun tariff UKT berada disetiap prodi karena disesuaikan dengan kebutuhan prodi masing-masing. Dalam hal ini pihak universitas menyerahkan sepenuhnya kepada prodi dalam hal penentuan tarif UKT dengan alasan pihak prodi lah yang lebih mengetahui kebutuahan mahasiswa. Jika suatu prodi memiliki jumlah praktikum yang banyak maka tariff UKT pun lebih tinggi karena biaya yang dibutuhkan untuk kegiatan praktikum, sebaliknya apabila prodi tidak memiliki praktikum maka tariff UKT lebih murah.
          Penentuan tariff UKT telah melalui proses perhitungan yang matang. Semua angka biaya sudah melalui proses audit. Penentuan tariff UKT diawali dengan menghitung unit cost. Penghitungan unit cist berlaku sama di setiap perguruan tinggi. Yang mendapatkan Bantuan Operasioanal Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN) bukanlah dana yang dijadikan pemasukan (input) tetapi justru dijadikan sebagai pengurangan.Jadi, UKT diperoleh dari unit cost yang dikurangi pembiayaan pemerintah dan BOPTN. 

Unit Cost = biaya langsung + biaya tidak lansung 
UKT = Unit Cost – pembiayaan dari pemerintah – BOPTN

Unit cost setengah lengkap adalah cara memperhitungkan biaya kebutuhan bahan dan alat yang berangsur-angsur  habis walaupun jangka waktu yang berbeda. Kapur tulis misalnya tidak seimbang jangka waktu habisnya jika dibandingkan dengan meja dan kursi yang dipakai siswa. Dalam perhitungan ini unit cost setengah lengkap ini masih dipersoalkan kedudukan biaya personil dan barang-barang yang secara tidak langsung berhubungan dengan siswa. Unit cost sempit adalah unit cost yang diperlukan hanya untuk memperhitungkan biaya langsung berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar menyangkut buku, alat pelajaran dan alat peraga. Dengan memperhitungkan unit cost ini maka dapat diketahui manakah diantara bidang-bidang pelajaran yang diberikan di sekolah yang paling mahal unit costnya

Penjualan Jasa Pendidikan


A.    HARGA POKOK PENJUALAN
Pada dasarnya Harga Pokok Penjualan menurut Lie Dharma Putra adalah segala cost yang timbul dalam rangka membuat suatu produk menjadi siap untuk dijual. Atau dengan kalimat lain, harga pokok penjualan adalah cost yang terlibat dalam proses pembuatan barang atau yang bisa dihubungkan langsung dengan proses yang membawa barang dagangan siap untuk dijual.
Yang dimaksud dengan harga pokok penjualan adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang yang di jual atau harga perolehan dari barang yang dijual. HPP muncul pada laporan laba rugi sebagai komponen utama dari biaya operasi. HPP juga disebut sebagai biaya penjualan. Ada dua manfaat dari harga pokok penjualan, yaitu:
1.      Sebagai patokan untuk menentukan harga jual.
2.      Untuk mengetahui laba yang diinginkan perusahaan. Apabila harga jual lebih besar dari harga pokok penjualan maka akan diperoleh laba, dan sebaliknya apabila harga jual lebih rendah dari harga pokok penjualan akan diperoleh kerugian.
Dalam metode periodik, catatan persediaan tidak memperlihatkan jumlah tersedia untuk dijual atau jumlah barang terjual selama periode. Untuk itu banyak perusahaan lebih menggunakan metode perpetual. Dengan metode ini, persediaan barang dagang dan harga pokok penjualan dibuat perkiraan tersendiri. Setiap pembelian dan penjualan barang dagang langsung diakui pada perkiraan persediaan barang dagang dan perkiraan harga pokok penjualan. Sehingga jumlah barang dagang tersedia untuk dijual dan jumlah terjual terus-menerus diungkapkan dalam catatan ini. Perkembangan teknologi telah banyak membantu dalam penerapan metode perpetual. Setiap jenis produk diberi kode produk dengan bar code (kode bergaris vertikal) yang akan dibaca pemindai optik dan secara otomatis, komputer akan mencatat transaksi penjualan, mendebit perkiraan harga pokok penjualan, dan meng­kredit perkiraan persediaan. [1]
Persediaan awal + pembelian bersih – persediaan akhir

Rumus perhitungan harga pokok penjualan:



Format perhitungan harga pokok penjualan:
Persediaan awal                                                                                  xx
Pembelian                                                                    xx
Beban angkut pembelian                                             xx        +
                                                                                    xx
Dikurangi:
Retur Pembelian                      xx
Potongan Pembelian               xx        +
                                                                                    (xx)      -
Pembelian bersih                                                                                 xx
Barang tersedia untuk dijual                                                               xx
Persediaan akhir                                                                                  (xx)      -
Harga Pokok Penjualan                                                                   xx

Contoh soal.
Neraca Saldo
“UD. CEMARA”
Per 30 Januari 2013
No
Keterangan
Debet
Kredit
1
Kas
Rp    45.575.000

2
Piutang dagang
Rp    34.800.000

3
Persediaan barang dagang
Rp    84.375.000

4
Asuransi dibayar di muka
Rp    20.625.000

5
Perlengkapan
Rp      9.450.000

6
Peralatan
Rp  110.625.000

7
Akumulasi penyusutan peralatan

Rp    11.062.000
8
Utang dagang

Rp    38.187.500
9
Modal pemilik

Rp  187.500.000
10
Prive pemilik
Rp      9.375.000

11
Penjualan

Rp  384.937.500
12
Retur penjualan
Rp         875.000

13
Potongan penjualan
Rp    17.500.000

14
Pembelian
Rp  244.312.500

15
Retur pembelian

Rp     6.562.500
16
Potongan pembelian

Rp   14.437.500
17
Beban gaji
Rp    28.125.000

18
Beban listrik dan telepon
Rp      9.862.500

19
Beban administrasi dan umum
Rp    27.187.500

Diketahui persediaan barang dagang akhir Rp 75.937.500. Buatlah perhitungan HPP!


Harga Pokok Penjualan
UD. CEMARA

Persediaan awal                                                                                  Rp   84.375.000
Pembelian                                                        Rp 244.312.500
Retur pembelian                      Rp 6.562.500
Potongan pembelian                Rp 14.437.500            +


                                                                        Rp   21.000.000   -
Pembelian bersih                                                                                 Rp 233.312.500   +
Barang tersedia untuk dijual                                                               Rp 307.687.500
Persediaan akhir                                                                                  Rp   75.937.500  -
Harga Pokok Penjualan                                                                   Rp 231.750.000
Harga pokok penjualan berisi tiga tipe beban:
1.      biaya produksi atau pembelian barang dagangan dalam suatu periode tertentu.
2.      kerugian dalam persediaan barang dagangan;
3.      penurunan nilai atau barang dagangan yang tidak terjual.[2]
Penghitungan harga pokok penjualan ini sangat penting bagi perusahaan untuk menentukan laba atau rugi. Jika harga jual barang dagang lebih besar dari harga pokoknya maka perusahaan akan memperoleh laba. Sebaliknya, jika harga jual lebih rendah dari harga pokoknya, maka perusahaan akan mengalami kerugian.
Mengidentifikasi HPP
Konkretnya, untuk mengetahui apakah suatu pengeluaran masuk kelompok Harga Pokok Penjualan atau bukan, pertama harus tahu terlebih dahulu: apakah besar-kecilnya pengeluaran tersebut dipengaruhi oleh nilai jasa/barang yang dijual atau tidak.
Misalnya:
  • Perusahaan A, menggunakan 100 meter kain dengan nilai Rp 10,000,000 untuk membuat 100 potong pakaian jadi.
  • Perusahaan B, menggunakan 100 meter kain dengan nilai Rp 10,000,000 untuk membuat 150 potong pakaian jadi.
Pertanyaannya: apakah penggunaan kain Rp 10,000,000 masuk Harga Pokok Penjualan?
Untuk tahu apakah masuk ke harga pokok penjualan atau tidak, harus tahu terlebih dahulu, apa jenis perusahaan A dan B. Misalnya, diketahui:
  • Perusahaan A adalah pabrik pakaian, dan 100 potong pakaian jadi tersebut untuk dijual.
  • Perusahaan B adalah hotel, dan 150 potong pakaian jadi yang dibuat adalah untuk seragam pegawai—bukan untuk dijual.
Dari informasi tersebut bisa ditentukan bahwa: Bagi perusahaan A, kain yang dipergunakan adalah Harga Pokok Penjualan—karena besar kecilnya tergantung dari jumlah barang yang akan dijual. Sedangkan bagi perusahaan B kain yang digunakan adalah Asset—karena barang yang dihasilkan tidak untuk dijual.
Sebagai contoh tambahan, katakanlah di perusahaan A tadi ada pengeluaran untuk membayar pegawai (gaji/upah). Untuk bulan September, total pengeluaran gaji dan upahnya adalah Rp 250,000,000. Pertanyaannya: apakah pengeluaran tersebut tergolong harga pokok penjualan atau bukan?
Untuk menentukan itu, perlu dicari tahu terlebih dahulu bagaimana struktur gaji di perusahaan A. Umumnya, pegawai perusahaan manufaktur terdiri dari (1) pegawai yang bekerja di kantor (office dan admin); dan (2) pegawai yang bekerja di bagian produksi.
·       Gaji untuk pegawai office  atau admin sudah pasti gajinya tidak masuk ke harga pokok penjualan, karena tidak mempengaruhi hasil produksi.
·       Gaji untuk pegawai di bagian produksi perlu dipilah-pilah lagi: (a) gaji untuk pegawai tetap, meskipun di bagian produksi tidak masuk ke harga pokok penjualan—karena berapapun nilai barang yang dihasilkan tidak mempengaruhi besarnya pengeluaran; dan (b) upah untuk pegawai borongan atau harian masuk ke harga pokok penjualan—karena besar kecilnya upah yang dibayarkan tergantung dari jumlah barang yang dihasilkan. Itu pengeluaran untuk gaji.[3]
B.     PENDIDIKAN SEBAGAI USAHA BIDANG JASA
Jasa adalah meliputi segenap kegiatan ekonomi yang mengasilkan output (keluaran) berupa produk atau konstruksi (hasil karya) non fisik, yang lazimnya dikonsumsi pada saat diproduksi dan memberi nilai tambah pada bentuk (form) seperti kepraktisan, kecocokan, kepastian, kenyamanan dan kesehatan, yang pada intinya menerik citra jasa pada pembeli pertama.
Sementara itu, jasa pendidikan merupakan jasa yang bersifat kompleks karena bersifat padat karya dan padat modal. Artinya dibutuhkan banyak tenaga kerja yang memiliki skill khusus dalam bidang pendidikan dan padat modal karena membutuhkan infrastruktur (peralatan) yang lengkap dan harganya cukup mahal.
Pendidikan Melindungi Siswa sebagai Konsumen
Kalangan pendidikan, baik itu pengelola sekolah, kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan lainnya, sangat dinanti-nantikan untuk segera paham UU nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Sebagai lembaga pengelola jasa pendidikan, siswa merupakan konsumen yang perlu dilindungi sehingga terdapat kenyamanan dalam belajar. Dalam Undang – Undang perlindungan konsumen itu yang dimaksud dengan:
1.      Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberikan perlindungan kepada konsumen.
2.      Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.
3.      Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hokum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama–sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.
Lembaga pendidikan yang ada sekarang di Indonesia ini, sebagian besar, memanfaatkan keberlangsungannya dengan berorientasi pada imbal jasa. Siswa atau mahasiswa membayar atas ilmu yang diterimanya. Siswa sebagai konsumen dan lembaga pendidikan sebagai pelaku usaha.[4]
Jenis Pengeluaran Secara Umum yang Masuk Dalam HPP
·         Perusahaan Jasa
1.      Pengeluaran untuk pemeliharaan peralatan kerja yang dipergunakan untuk menghasilkan jasa
2.      Pengeluaran yang berpengaruh langsung terhadap jasa yang dihasilkan
3.      Gaji pegawai tak tetap yang terlibat langsung dalam proses menghasilkan jasa, termasuk upah lemburnya jika ada
·         Perusahaan dagang:
1.    Pembelian barang dagangan
2.    Pengeluaran untuk aktivitas pengemasan barang
3.    Pengeluaran untuk perawatan alat yang dipergunakan untuk aktivitas pengemasan barang
4.    Pengeluaran untuk aktivitas pengiriman barang
5.    Pengeluaran untuk perawatan kendaraan yang dipakai mengirim barang (termasuk bahan bakarnya)
6.    Gaji pegawai tak tetap yang terlibat langsung dalam proses pengemasan dan pengiriman barang, termasuk upah lemburnya jika ada
7.    Penyusutan bangunan gudang penyimpanan dan proses pengemasan barang
Perusahaan manufaktur (pabrik):
1.    Penggunaan bahan baku
2.    Penggunaan bahan penolong dan pembantu
3.    Gaji pegawai tak tetap yang terlibat dalam proses produksi, pengemasan hingga pengiriman barang.
4.    Pengeluaran yang terkait dengan  mesin, peralatan produksi, angkutan produksi, peralatan pengemas dan pengiriman barang.
5.    Listrik, bahan bakar, dan air yang dipergunakan di produksi hingga pengemasan barang.
6.    Penyusutan bangunan pabrik, pengemasan barang, dan gudang penyimpanan barang jadi.
7.    Penyusutan mesin dan peralatan mulai dari produksi hingga pengiriman barang
8.    Penyusutan kendaraan yang dipergunakan untuk aktivitas produksi dan pengiriman barang. [5]
Proyeksi Penjualan                                                                                                     
Proyeksi atau perkiraan jumlah penjualan produk pada masa yang akan datang merupakan bagian kegiatan menyususn rencana penjualan. Penyusunan rencana penjualan pada tahun mendatang disebut sales forecasting, sedangkan jumlah penjualan produk yang direncanakan disebut sales forecast. Proyeksi jumlah penjualan merupakan tumpuan rencana strategis. Proyeksi penjualan merupakan salah satu pegangan untuk merencanakan berbagai kegiatan manajemen.
Proyeksi penjualan merupakan bahan masukan untuk menyusun jadwal produksi dan proyeksi penjualan digunakan sebagai bahan masukan bagi pimpinan untuk mengevaluasi jumlah, sarana produksi, anggaran penjualan dan kualifikasi tim penjualan apakah sudah cukup memadai.
Bahan pertimbangan sebelum menyusun suatu proyeksi penjualan terlebih dahulu menilai :
  1. Internal factors terdiri dari faktor pengaruh dan tujuan usaha perusahaan
  2. External factors yaitu perkembangan lingkungan eksternal perusahaan, seperti, perkembangan ekonomi, moneter, kehidupan sosial, teknologi, konsumen sasaran, persaingan pasar, pembangunan infrastruktur publik dan kondisi alam. [6]
Prosedur penyusunan proyeksi jumlah penjualan menurut Douglas J. Dalrymple, adalah:
  • Memperkirakan potensi permintaan pasar (estimating market potential).
  • Memilih metode proyeksi yang akan dipergunakan (selecting forecasting methods).
  • Menyususn proyeksi jumlah penjualan (set up sales forecast).
Sebagai bahan masukan menyusun proyeksi penjualan diperlukan dua sumber data utama, yaitu:
  • Sumber data internal perusahaan, meliputi: data jumlah penjualan masa lampau, data jumlah penjualan tiap daerah pemasaran, data jumlah penjualan bulanan atau tahunan, data jumlah penjualan tiap kelompok jalur distribusi, data jumlah penjualan bahan baku dan barang jadi, dan strategi pemasaran di masa yang akan datang.
  • Sumber data eksternal perusahaan, meliputi semua faktor lingkungan eksternal perusahaan.
Semua perencanaan keuangan membutuhkan proyeksi penjualan karena penjualan merupakan titik awal aktivitas perusahaan. Setiap perusahaan memiliki sensifitas berbeda terhadap perubahan lingkungan yang terjadi. Tidak ada pengetahuan yang sempurna untuk memastikan jumlah penjualan di masa mendatang karena dipengaruhi oleh:
-        ketidakpastian ekonomi
-        pola konsumsi masyarakat yang terkadang berubah
-        perkembangan teknologi
-        perubahan regulasi (pengendalian perilaku manusia atau masyarakat dengan aturan atau pembatasan)
Sumber data yang digunakan untuk melakukan proyeksi penjualan:
·      Laporan keuangan
-        Neraca
-        Laporan laba rugi
-        Arus kas
-        Catatan atas laporan keuangan
-        Catatan atas laporan keuangan
·      Kondisi konsumen dan pasar secara umum, kondisi budaya/tradisi – asumsi
·      Kondisi makro ekonomi – asumsi
·      Regulasi
·      Target jangka pendek dan jangka panjang perusahaan secara spesifik[7]
Variabel-variabel yang diperhitungkan proyeksi penjualan adalah:
·         Proyeksi harga jual
·         Proyeksi volume penjualan / produksi
·         Rasio rata-rata piutang
·         Rasio rata-rata inventori[8]
Membuat Proyeksi Penjualan:
·         Langkah 1: Mengembangkan profil pelanggan dan menentukan tren dalam industri.
Membuat beberapa asumsi dasar tentang pelanggan di pasar sasaran Anda. Orang-orang bisnis yang berpengalaman akan memberitahu Anda bahwa aturan praktis yang baik adalah bahwa 20% dari pelanggan Anda menghasilkan 80% dari penjualan Anda. Jika Anda dapat mengidentifikasi ini 20% Anda dapat mulai untuk mengembangkan profil pasar utama Anda.
Profil pelanggan misalnya laki-laki, usia 20-34, dari kalangan menengah, yang berhubungan dengan jenis bisnis Anda.

·         Langkah 2: Menetapkan ukuran perkiraan dan lokasi perdagangan yang direncanakan.
Gunakan statistik yang tersedia untuk menentukan karakteristik umum daerah ini. Gunakan sumber-sumber lokal untuk menentukan karakteristik unik tentang kawasan perdagangan Anda. Seberapa jauh jarak konsumen mencapai tempat Anda? Di mana Anda berniat untuk mendistribusikan atau mempromosikan produk Anda? Memperkirakan jumlah individu atau rumah tangga dapat dilakukan dengan sedikit kesulitan menggunakan statistik data sensus. Statistik survei pengeluaran keluarga dapat mengidentifikasi apa rumah tangga rata-rata menghabiskan barang dan jasa.
·         Langkah 3: Membuat daftar pesaing Anda.
Pelajari mengenai jasa atau produk yang ditawarkan pesaing Anda. Jika memungkinkan, berbicara dengan pelanggan dan staf penjualan.
·         Langkah 4: Gunakan penelitian untuk memperkirakan penjualan Anda secara bulanan untuk tahun pertama Anda.
Dasar perkiraan penjualan Anda dapat menjadi penjualan bulanan rata-rata operasi pesaing berukuran sama itu yang beroperasi di pasar yang sama. Tentukan di mana kelebihan Anda dan putuskan rencana Anda. Apakah Anda menawarkan lokasi yang lebih baik, kenyamanan, harga yang lebih baik, jam kemudian, kualitas yang lebih baik, layanan yang lebih baik? Pertimbangkan populasi dan pertumbuhan ekonomi di kawasan perdagangan Anda. Menggunakan penelitian Anda, membuat tebakan pada pangsa pasar Anda. Jika memungkinkan, mengungkapkan hal ini karena jumlah pelanggan yang Anda dapat berharap untuk menarik. Siapkan perkiraan penjualan dari bulan ke bulan. Pastikan untuk menilai bagaimana musiman bisnis Anda dan mempertimbangkan start up bulan.[9]


[1] Hery. 2012. Pengantar Akuntansi 1. Depok: FEUI.
[2] Widjajanta, Bambang. 2007. Mengasah Kemampuan Ekonomi. Bandung: Citra Praya.
[4] http://www.academia.edu/6634018/Pengertian_Jasa_Pendidikan, diakses pada hari Sabtu, 20 September 2014 pukul 15.06.
[6] http://catatankecik.blogspot.com/2008/12/proyeksi-penjualan-produk.html, diakses pada hari Sabtu, 20 September 2014 pukul 15.11.
[8] Zaharuddin, Harmaizar. 2006. Menggali Potensi Wirausaha Ed. II. CV. Dian Anugerah Prakasa.
[9] http://www.zeromillion.com/business/sales-marketing/sales-forecasts.html, diakses pada Minggu, 21 September 2014 pukul 09.14.