Minggu, 04 Januari 2015

Penjualan Jasa Pendidikan


A.    HARGA POKOK PENJUALAN
Pada dasarnya Harga Pokok Penjualan menurut Lie Dharma Putra adalah segala cost yang timbul dalam rangka membuat suatu produk menjadi siap untuk dijual. Atau dengan kalimat lain, harga pokok penjualan adalah cost yang terlibat dalam proses pembuatan barang atau yang bisa dihubungkan langsung dengan proses yang membawa barang dagangan siap untuk dijual.
Yang dimaksud dengan harga pokok penjualan adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang yang di jual atau harga perolehan dari barang yang dijual. HPP muncul pada laporan laba rugi sebagai komponen utama dari biaya operasi. HPP juga disebut sebagai biaya penjualan. Ada dua manfaat dari harga pokok penjualan, yaitu:
1.      Sebagai patokan untuk menentukan harga jual.
2.      Untuk mengetahui laba yang diinginkan perusahaan. Apabila harga jual lebih besar dari harga pokok penjualan maka akan diperoleh laba, dan sebaliknya apabila harga jual lebih rendah dari harga pokok penjualan akan diperoleh kerugian.
Dalam metode periodik, catatan persediaan tidak memperlihatkan jumlah tersedia untuk dijual atau jumlah barang terjual selama periode. Untuk itu banyak perusahaan lebih menggunakan metode perpetual. Dengan metode ini, persediaan barang dagang dan harga pokok penjualan dibuat perkiraan tersendiri. Setiap pembelian dan penjualan barang dagang langsung diakui pada perkiraan persediaan barang dagang dan perkiraan harga pokok penjualan. Sehingga jumlah barang dagang tersedia untuk dijual dan jumlah terjual terus-menerus diungkapkan dalam catatan ini. Perkembangan teknologi telah banyak membantu dalam penerapan metode perpetual. Setiap jenis produk diberi kode produk dengan bar code (kode bergaris vertikal) yang akan dibaca pemindai optik dan secara otomatis, komputer akan mencatat transaksi penjualan, mendebit perkiraan harga pokok penjualan, dan meng­kredit perkiraan persediaan. [1]
Persediaan awal + pembelian bersih – persediaan akhir

Rumus perhitungan harga pokok penjualan:



Format perhitungan harga pokok penjualan:
Persediaan awal                                                                                  xx
Pembelian                                                                    xx
Beban angkut pembelian                                             xx        +
                                                                                    xx
Dikurangi:
Retur Pembelian                      xx
Potongan Pembelian               xx        +
                                                                                    (xx)      -
Pembelian bersih                                                                                 xx
Barang tersedia untuk dijual                                                               xx
Persediaan akhir                                                                                  (xx)      -
Harga Pokok Penjualan                                                                   xx

Contoh soal.
Neraca Saldo
“UD. CEMARA”
Per 30 Januari 2013
No
Keterangan
Debet
Kredit
1
Kas
Rp    45.575.000

2
Piutang dagang
Rp    34.800.000

3
Persediaan barang dagang
Rp    84.375.000

4
Asuransi dibayar di muka
Rp    20.625.000

5
Perlengkapan
Rp      9.450.000

6
Peralatan
Rp  110.625.000

7
Akumulasi penyusutan peralatan

Rp    11.062.000
8
Utang dagang

Rp    38.187.500
9
Modal pemilik

Rp  187.500.000
10
Prive pemilik
Rp      9.375.000

11
Penjualan

Rp  384.937.500
12
Retur penjualan
Rp         875.000

13
Potongan penjualan
Rp    17.500.000

14
Pembelian
Rp  244.312.500

15
Retur pembelian

Rp     6.562.500
16
Potongan pembelian

Rp   14.437.500
17
Beban gaji
Rp    28.125.000

18
Beban listrik dan telepon
Rp      9.862.500

19
Beban administrasi dan umum
Rp    27.187.500

Diketahui persediaan barang dagang akhir Rp 75.937.500. Buatlah perhitungan HPP!


Harga Pokok Penjualan
UD. CEMARA

Persediaan awal                                                                                  Rp   84.375.000
Pembelian                                                        Rp 244.312.500
Retur pembelian                      Rp 6.562.500
Potongan pembelian                Rp 14.437.500            +


                                                                        Rp   21.000.000   -
Pembelian bersih                                                                                 Rp 233.312.500   +
Barang tersedia untuk dijual                                                               Rp 307.687.500
Persediaan akhir                                                                                  Rp   75.937.500  -
Harga Pokok Penjualan                                                                   Rp 231.750.000
Harga pokok penjualan berisi tiga tipe beban:
1.      biaya produksi atau pembelian barang dagangan dalam suatu periode tertentu.
2.      kerugian dalam persediaan barang dagangan;
3.      penurunan nilai atau barang dagangan yang tidak terjual.[2]
Penghitungan harga pokok penjualan ini sangat penting bagi perusahaan untuk menentukan laba atau rugi. Jika harga jual barang dagang lebih besar dari harga pokoknya maka perusahaan akan memperoleh laba. Sebaliknya, jika harga jual lebih rendah dari harga pokoknya, maka perusahaan akan mengalami kerugian.
Mengidentifikasi HPP
Konkretnya, untuk mengetahui apakah suatu pengeluaran masuk kelompok Harga Pokok Penjualan atau bukan, pertama harus tahu terlebih dahulu: apakah besar-kecilnya pengeluaran tersebut dipengaruhi oleh nilai jasa/barang yang dijual atau tidak.
Misalnya:
  • Perusahaan A, menggunakan 100 meter kain dengan nilai Rp 10,000,000 untuk membuat 100 potong pakaian jadi.
  • Perusahaan B, menggunakan 100 meter kain dengan nilai Rp 10,000,000 untuk membuat 150 potong pakaian jadi.
Pertanyaannya: apakah penggunaan kain Rp 10,000,000 masuk Harga Pokok Penjualan?
Untuk tahu apakah masuk ke harga pokok penjualan atau tidak, harus tahu terlebih dahulu, apa jenis perusahaan A dan B. Misalnya, diketahui:
  • Perusahaan A adalah pabrik pakaian, dan 100 potong pakaian jadi tersebut untuk dijual.
  • Perusahaan B adalah hotel, dan 150 potong pakaian jadi yang dibuat adalah untuk seragam pegawai—bukan untuk dijual.
Dari informasi tersebut bisa ditentukan bahwa: Bagi perusahaan A, kain yang dipergunakan adalah Harga Pokok Penjualan—karena besar kecilnya tergantung dari jumlah barang yang akan dijual. Sedangkan bagi perusahaan B kain yang digunakan adalah Asset—karena barang yang dihasilkan tidak untuk dijual.
Sebagai contoh tambahan, katakanlah di perusahaan A tadi ada pengeluaran untuk membayar pegawai (gaji/upah). Untuk bulan September, total pengeluaran gaji dan upahnya adalah Rp 250,000,000. Pertanyaannya: apakah pengeluaran tersebut tergolong harga pokok penjualan atau bukan?
Untuk menentukan itu, perlu dicari tahu terlebih dahulu bagaimana struktur gaji di perusahaan A. Umumnya, pegawai perusahaan manufaktur terdiri dari (1) pegawai yang bekerja di kantor (office dan admin); dan (2) pegawai yang bekerja di bagian produksi.
·       Gaji untuk pegawai office  atau admin sudah pasti gajinya tidak masuk ke harga pokok penjualan, karena tidak mempengaruhi hasil produksi.
·       Gaji untuk pegawai di bagian produksi perlu dipilah-pilah lagi: (a) gaji untuk pegawai tetap, meskipun di bagian produksi tidak masuk ke harga pokok penjualan—karena berapapun nilai barang yang dihasilkan tidak mempengaruhi besarnya pengeluaran; dan (b) upah untuk pegawai borongan atau harian masuk ke harga pokok penjualan—karena besar kecilnya upah yang dibayarkan tergantung dari jumlah barang yang dihasilkan. Itu pengeluaran untuk gaji.[3]
B.     PENDIDIKAN SEBAGAI USAHA BIDANG JASA
Jasa adalah meliputi segenap kegiatan ekonomi yang mengasilkan output (keluaran) berupa produk atau konstruksi (hasil karya) non fisik, yang lazimnya dikonsumsi pada saat diproduksi dan memberi nilai tambah pada bentuk (form) seperti kepraktisan, kecocokan, kepastian, kenyamanan dan kesehatan, yang pada intinya menerik citra jasa pada pembeli pertama.
Sementara itu, jasa pendidikan merupakan jasa yang bersifat kompleks karena bersifat padat karya dan padat modal. Artinya dibutuhkan banyak tenaga kerja yang memiliki skill khusus dalam bidang pendidikan dan padat modal karena membutuhkan infrastruktur (peralatan) yang lengkap dan harganya cukup mahal.
Pendidikan Melindungi Siswa sebagai Konsumen
Kalangan pendidikan, baik itu pengelola sekolah, kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan lainnya, sangat dinanti-nantikan untuk segera paham UU nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Sebagai lembaga pengelola jasa pendidikan, siswa merupakan konsumen yang perlu dilindungi sehingga terdapat kenyamanan dalam belajar. Dalam Undang – Undang perlindungan konsumen itu yang dimaksud dengan:
1.      Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberikan perlindungan kepada konsumen.
2.      Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.
3.      Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hokum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama–sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.
Lembaga pendidikan yang ada sekarang di Indonesia ini, sebagian besar, memanfaatkan keberlangsungannya dengan berorientasi pada imbal jasa. Siswa atau mahasiswa membayar atas ilmu yang diterimanya. Siswa sebagai konsumen dan lembaga pendidikan sebagai pelaku usaha.[4]
Jenis Pengeluaran Secara Umum yang Masuk Dalam HPP
·         Perusahaan Jasa
1.      Pengeluaran untuk pemeliharaan peralatan kerja yang dipergunakan untuk menghasilkan jasa
2.      Pengeluaran yang berpengaruh langsung terhadap jasa yang dihasilkan
3.      Gaji pegawai tak tetap yang terlibat langsung dalam proses menghasilkan jasa, termasuk upah lemburnya jika ada
·         Perusahaan dagang:
1.    Pembelian barang dagangan
2.    Pengeluaran untuk aktivitas pengemasan barang
3.    Pengeluaran untuk perawatan alat yang dipergunakan untuk aktivitas pengemasan barang
4.    Pengeluaran untuk aktivitas pengiriman barang
5.    Pengeluaran untuk perawatan kendaraan yang dipakai mengirim barang (termasuk bahan bakarnya)
6.    Gaji pegawai tak tetap yang terlibat langsung dalam proses pengemasan dan pengiriman barang, termasuk upah lemburnya jika ada
7.    Penyusutan bangunan gudang penyimpanan dan proses pengemasan barang
Perusahaan manufaktur (pabrik):
1.    Penggunaan bahan baku
2.    Penggunaan bahan penolong dan pembantu
3.    Gaji pegawai tak tetap yang terlibat dalam proses produksi, pengemasan hingga pengiriman barang.
4.    Pengeluaran yang terkait dengan  mesin, peralatan produksi, angkutan produksi, peralatan pengemas dan pengiriman barang.
5.    Listrik, bahan bakar, dan air yang dipergunakan di produksi hingga pengemasan barang.
6.    Penyusutan bangunan pabrik, pengemasan barang, dan gudang penyimpanan barang jadi.
7.    Penyusutan mesin dan peralatan mulai dari produksi hingga pengiriman barang
8.    Penyusutan kendaraan yang dipergunakan untuk aktivitas produksi dan pengiriman barang. [5]
Proyeksi Penjualan                                                                                                     
Proyeksi atau perkiraan jumlah penjualan produk pada masa yang akan datang merupakan bagian kegiatan menyususn rencana penjualan. Penyusunan rencana penjualan pada tahun mendatang disebut sales forecasting, sedangkan jumlah penjualan produk yang direncanakan disebut sales forecast. Proyeksi jumlah penjualan merupakan tumpuan rencana strategis. Proyeksi penjualan merupakan salah satu pegangan untuk merencanakan berbagai kegiatan manajemen.
Proyeksi penjualan merupakan bahan masukan untuk menyusun jadwal produksi dan proyeksi penjualan digunakan sebagai bahan masukan bagi pimpinan untuk mengevaluasi jumlah, sarana produksi, anggaran penjualan dan kualifikasi tim penjualan apakah sudah cukup memadai.
Bahan pertimbangan sebelum menyusun suatu proyeksi penjualan terlebih dahulu menilai :
  1. Internal factors terdiri dari faktor pengaruh dan tujuan usaha perusahaan
  2. External factors yaitu perkembangan lingkungan eksternal perusahaan, seperti, perkembangan ekonomi, moneter, kehidupan sosial, teknologi, konsumen sasaran, persaingan pasar, pembangunan infrastruktur publik dan kondisi alam. [6]
Prosedur penyusunan proyeksi jumlah penjualan menurut Douglas J. Dalrymple, adalah:
  • Memperkirakan potensi permintaan pasar (estimating market potential).
  • Memilih metode proyeksi yang akan dipergunakan (selecting forecasting methods).
  • Menyususn proyeksi jumlah penjualan (set up sales forecast).
Sebagai bahan masukan menyusun proyeksi penjualan diperlukan dua sumber data utama, yaitu:
  • Sumber data internal perusahaan, meliputi: data jumlah penjualan masa lampau, data jumlah penjualan tiap daerah pemasaran, data jumlah penjualan bulanan atau tahunan, data jumlah penjualan tiap kelompok jalur distribusi, data jumlah penjualan bahan baku dan barang jadi, dan strategi pemasaran di masa yang akan datang.
  • Sumber data eksternal perusahaan, meliputi semua faktor lingkungan eksternal perusahaan.
Semua perencanaan keuangan membutuhkan proyeksi penjualan karena penjualan merupakan titik awal aktivitas perusahaan. Setiap perusahaan memiliki sensifitas berbeda terhadap perubahan lingkungan yang terjadi. Tidak ada pengetahuan yang sempurna untuk memastikan jumlah penjualan di masa mendatang karena dipengaruhi oleh:
-        ketidakpastian ekonomi
-        pola konsumsi masyarakat yang terkadang berubah
-        perkembangan teknologi
-        perubahan regulasi (pengendalian perilaku manusia atau masyarakat dengan aturan atau pembatasan)
Sumber data yang digunakan untuk melakukan proyeksi penjualan:
·      Laporan keuangan
-        Neraca
-        Laporan laba rugi
-        Arus kas
-        Catatan atas laporan keuangan
-        Catatan atas laporan keuangan
·      Kondisi konsumen dan pasar secara umum, kondisi budaya/tradisi – asumsi
·      Kondisi makro ekonomi – asumsi
·      Regulasi
·      Target jangka pendek dan jangka panjang perusahaan secara spesifik[7]
Variabel-variabel yang diperhitungkan proyeksi penjualan adalah:
·         Proyeksi harga jual
·         Proyeksi volume penjualan / produksi
·         Rasio rata-rata piutang
·         Rasio rata-rata inventori[8]
Membuat Proyeksi Penjualan:
·         Langkah 1: Mengembangkan profil pelanggan dan menentukan tren dalam industri.
Membuat beberapa asumsi dasar tentang pelanggan di pasar sasaran Anda. Orang-orang bisnis yang berpengalaman akan memberitahu Anda bahwa aturan praktis yang baik adalah bahwa 20% dari pelanggan Anda menghasilkan 80% dari penjualan Anda. Jika Anda dapat mengidentifikasi ini 20% Anda dapat mulai untuk mengembangkan profil pasar utama Anda.
Profil pelanggan misalnya laki-laki, usia 20-34, dari kalangan menengah, yang berhubungan dengan jenis bisnis Anda.

·         Langkah 2: Menetapkan ukuran perkiraan dan lokasi perdagangan yang direncanakan.
Gunakan statistik yang tersedia untuk menentukan karakteristik umum daerah ini. Gunakan sumber-sumber lokal untuk menentukan karakteristik unik tentang kawasan perdagangan Anda. Seberapa jauh jarak konsumen mencapai tempat Anda? Di mana Anda berniat untuk mendistribusikan atau mempromosikan produk Anda? Memperkirakan jumlah individu atau rumah tangga dapat dilakukan dengan sedikit kesulitan menggunakan statistik data sensus. Statistik survei pengeluaran keluarga dapat mengidentifikasi apa rumah tangga rata-rata menghabiskan barang dan jasa.
·         Langkah 3: Membuat daftar pesaing Anda.
Pelajari mengenai jasa atau produk yang ditawarkan pesaing Anda. Jika memungkinkan, berbicara dengan pelanggan dan staf penjualan.
·         Langkah 4: Gunakan penelitian untuk memperkirakan penjualan Anda secara bulanan untuk tahun pertama Anda.
Dasar perkiraan penjualan Anda dapat menjadi penjualan bulanan rata-rata operasi pesaing berukuran sama itu yang beroperasi di pasar yang sama. Tentukan di mana kelebihan Anda dan putuskan rencana Anda. Apakah Anda menawarkan lokasi yang lebih baik, kenyamanan, harga yang lebih baik, jam kemudian, kualitas yang lebih baik, layanan yang lebih baik? Pertimbangkan populasi dan pertumbuhan ekonomi di kawasan perdagangan Anda. Menggunakan penelitian Anda, membuat tebakan pada pangsa pasar Anda. Jika memungkinkan, mengungkapkan hal ini karena jumlah pelanggan yang Anda dapat berharap untuk menarik. Siapkan perkiraan penjualan dari bulan ke bulan. Pastikan untuk menilai bagaimana musiman bisnis Anda dan mempertimbangkan start up bulan.[9]


[1] Hery. 2012. Pengantar Akuntansi 1. Depok: FEUI.
[2] Widjajanta, Bambang. 2007. Mengasah Kemampuan Ekonomi. Bandung: Citra Praya.
[4] http://www.academia.edu/6634018/Pengertian_Jasa_Pendidikan, diakses pada hari Sabtu, 20 September 2014 pukul 15.06.
[6] http://catatankecik.blogspot.com/2008/12/proyeksi-penjualan-produk.html, diakses pada hari Sabtu, 20 September 2014 pukul 15.11.
[8] Zaharuddin, Harmaizar. 2006. Menggali Potensi Wirausaha Ed. II. CV. Dian Anugerah Prakasa.
[9] http://www.zeromillion.com/business/sales-marketing/sales-forecasts.html, diakses pada Minggu, 21 September 2014 pukul 09.14.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar